Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas bertahan di kisaran level tertingginya dalam lebih dari enam tahun saat investor mencermati perkembangan terkini di Timur Tengah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot turun 0,1 persen ke level US$1.564,45 per troy ounce pada Selasa (7/1/2020) pukul 09.24 pagi waktu Singapura.
Pada perdagangan Senin (6/1/2020), emas menguat ke level US$1.588,13, level tertinggi sejak 2013.
Harga emas di pasar spot telah naik sekitar 2,4 persen selama dua hari perdagangan terakhir mendekati level US$1.600 per troy ounce.
Emas terus memperpanjang relinya yang telah dibangun sejak 2019 akibat pelemahan dolar AS dan kekhawatiran geopolitik. Sepanjang 2019, harga emas di pasar spot naik sekitar 18 persen, kenaikan tahunan terbesar sejak 2010.
Minat investor untuk aset investasi aman (safe haven) ini semakin terangkat pascaserangan udara oleh Amerika Serikat di Irak menewaskan jenderal kenamaan Iran, Qasem Soleimani, pada Jumat (3/1/2020).
Baca Juga
Menurut Goldman Sachs Group Inc. emas merupakan alat lindung nilai yang lebih baik dalam krisis ini ketimbang minyak.
Dalam perkembangan terkini, AS mengerahkan lebih banyak pasukan ke kawasan Timur Tengah di tengah kebuntuan dengan Iran, yang bersumpah akan membalaskan kematian Soleimani.
Sebanyak tiga kapal amfibi AS telah dikerahkan ke wilayah Teluk Persia, menyusul pengerahan sekitar 3.500 tentara ke Kuwait pekan lalu.
Namun, ada beragam sinyal mengenai arah pergerakan harga emas saat ini. Volatilitas yang tersirat pada pergerakan emas melonjak ke level tertinggi sejak pertengahan Oktober, menurut kalkulasi Chicago Board Options Exchange.
Meski demikian, indeks kekuatan relatif dalam 14 hari tetap di atas level 70 tampak overbought atau jenuh beli.