Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalbar, Mukhlis Bentara, menyebutkan sejak akhir tahun 2019 dan memasuki awal tahun 2020 produksi crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah menurun dan dari sisi harga mampu mendongkrak harga sawit.
"Harga saat ini naik karena satu di antaranya ada penurunan produksi khususnya mulai Oktober 2019 lalu terutama di Malaysia dan Indonesia. Produksi turun dongkrak harga naik," ujarnya di Pontianak, Jumat (3/1/2020) seperti dilaporkan Antara.
Ia menjelaskan faktor utama stok CPO di Indonesia dan Malaysia sebagai penghasil sawit menipis karena Tandan Buah Segar (TBS) produksi turun karena sebagian tanaman sudah tua.
"Tanaman tua tentu produksinya turun dan mengakibatkan CPO juga turun," kata dia.
Ia menambahkan kenaikan harga CPO juga disebabkan rape seed dan bunga matahari di Eropa menurun karena di sana bertepatan dengan musim dingin.
"Dengan kondisi yang ada produksi minyak dari matahari turun. Sehingga CPO alternatif memenuhi kebutuhan minyak dunia," jelas dia.
Tidak kalah penting yang mendongkrak harga sawit saat ini, kata Muhlis, karena ada sentimen positif terhadap kebijakan penggunaan biodiesel dalam negeri.
"Sebagai informasi bahwa Indonesia saat ini adalah salah satu konsumen terbesar CPO di samping India," kata dia.
Ia memprediksikan harga sawit pada 2020 ini akan lebih stabil dan akan menguntungkan atau lebih baik dari tahun sebelumnya.
"Semoga kondisi harga yang menjanjikan terus berlangsung. Sehingga pendapatan masyarakat akan lebih baik," kata dia.
Saat ini harga TBS di tingkat petani swadaya saja dan diambil di kebun seperti di Kabupaten Sambas di atas Rp1.000 per kilogram. Sebelumnya harga sawit anjlok dan hanya di kisaran Rp600 per kilogram. Harga sawit ada membuat angin segar dan pendapatan petani meningkat. Sehingga diharapkan daya beli dan perekonomian semakin membaik.