Bisnis.com, JAKARTA – Emiten plat merah PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. menyiapkan alokasi belanja modal sebesar Rp250 miliar untuk menyelesaikan proyek berjalan pada 2020.
Investor Relation Indonesia Kendaraan Terminal Reza Priyambada mengatakan perseroan telah menyiapkan dana sebesar Rp250 miliar. Dana itu, lanjutnya, akan digunakan untuk menambah kapasitas gedung parkir setinggi 4 lantai.
Menurutnya, luas per lantai mencapai 1 hektare sehingga emiten berkode saham IPCC itu mendapatkan tambahan lahan seluas 3 ha. “Misalnya dwelling time 6 hari dan kapasitas tanahnya mencapai 800 unit. Maka kami akan dapat tambahan kapasitas sebesar 144.000 unit kendaraan,” katanya pada Kamis (2/1/2020).
Menurutnya, gedung anyar itu paling lambat akan selesai pada kuartal III/2020. Pasalnya proses pembangunan diperkirakan memakan waktu sampai 6—8 bulan kedepan. IPCC, lanjutnya, memiliki kapasitas parkir mencapai 700.000 unit—800.000 unit kendaraan per tahun.
Namun dengan gedung anyar itu, IPCC berkemungkinan memiliki tambahan kapasitas mencapai 800.000 unit kendaraan per tahun. Namun, okupansinya tergantung dari produsen kendaraan karena kinerja emiten plat merah itu erat dengan industri otomotif.
“Tahun 2020 sebenernya masih jadi tahun yang menantang karena kami itu kan perusahaan yang bergantung dari industri sekitar karena jasa layanan bongkar muat kendaraan. Seberapa besar [kinerja tahun ini] tergantung dari seberapa besar kendaraan yang masuk ke IPCC,” ungkapnya.
Baca Juga
Menurutnya, perseroan masih berupaya mengupas kondisi permintaan industri otomotif dan industri alat berat pada 2020 karena itu akan berpengaruh terhadap unit yang dikerjakan perseroan. Adapun pemerintah menargetkan untuk mengekspor sebanyak 200 juta unit CBU dalam kurun waktu 4 tahun ke depan.
Sebelumnya, jumlah kendaraan alat berat yang ditangani oleh IPCC pada November 2019 ialah sebanyak 13.776 unit kendaraan atau lebih rendah 26,82 persen dibandingkan dengan pencapaian di tahun sebelumnya sebanyak 18.826 unit alat berat. Angka pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rerata pertumbuhan YoY di tiap bulannya, yaitu sebesar 182,58 persen.
Jumlah itu terdiri dari alat berat 809 unit yang ditangani di lapangan internasional dan 12.967 unit di lapangan domestik. Terdapat penurunan unit alat berat yang ditangani di lapangan internasional sebesar 47,77 persen dari posisi 1.549 unit di tahun sebelumnya. Adapun ekspor turun tipis 1,46 persen menjadi 337 unit dari 342 unit di periode yang sama di tahun sebelumnya.
Begitupun dengan impor yang lebih rendah 60,89 persen dari 1.207 unit di tahun sebelumnya menjadi hanya 472 unit. Penurunan ekspor dan impor disebabkan belum pulihnya sektor pertambangan yang memiliki berbagai alat berat dengan dimensi jumbo. Selain itu sektor perkebunan hingga infrastruktur di dalam negeri pun ikut mempengaruhi permintaan alat-alat berat dalam negeri.
Di sisi lain, kinerja saham perseroan juga ikut terkoreksi selama tahun berjalan sebesar 54,97 persen menjadi Rp680 per saham. IPCC tercatat menyentuh level tertinggi sebesar Rp1.640 per saham pada Maret 2019.