Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (26/12/2019), menjadi kinerja terkuat di antara mata uang Asia lainnya seiring dengan optimisme pasar terkait hubungan dagang antara AS dan China kembali menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp13.958 per dolar AS, menguat 0,15 persen atau 21 poin. Sepanjang tahun berjalan 2019, rupiah telah bergerak menguat 3,095 persen.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama stabil di level 97,63.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa optimisme pasar kembali meningkat setelah adanya informasi damai dagang tahap pertama akan segera ditandatangani oleh AS dan China sehingga rupiah berhasil menguat.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya dan Presiden China Xi Jinping akan segera mengadakan upacara penandatanganan kesepakatan dagang fase pertama. Pernyataan tersebut pun dibenarkan oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, walaupun tanggal pasti pertemuan belum dijelaskan oleh kedua belah pihak.
Kendati demikian, situasi pasar setelah libur hari raya Natal yang masih cenderung sepi menyebabkan fluktuasi mata uang Garuda tidak terlalu besar jaraknya.
“Pasar mata uang global juga masih dalam suasana libur dan pelaku pasar masih tampak enggan untuk masuk ke perdagangan jadi wajar pergerakan rupiah juga terbatas,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (26/12/2019).
Di sisi lain, pasar juga tengah bersiap untuk mengalami ketidakpastian lainnya setelah Perdana Menteri Boris Johnson membuat aturan untuk tidak memperpanjang negosiasi Brexit dengan Uni Eropa, sehingga pasar khawatir Inggris akan keluar tanpa kesepakatan apapun.
Namun, dia memprediksi pada perdagangan Jumat (27/12/2019) masih akan bergerak menguat terbatas di kisaran Rp13.940 per dolar AS hingga Rp13.990 per dolar AS.