Bisnis.com, JAKARTA – Dana investor ritel masuk sebesar Rp7,92 triliun ke instrumen surat berharga negara (SBN) sepanjang tahun 2019.
Tercatat, dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 20 Desember 2019, terdapat Rp80,99 triliun pada instrumen SBN. Adapun, angka tersebut berkontribusi sebesar 2,93 persen dari total SBN beredar yakni Rp2.765,24 triliun.
Padahal, sepanjang tahun 2019 Pemerintah telah melakukan 10 kali penawaran surat utang khusus investor ritel. Dari 10 kali penawaran itu, Pemerintah menerbitkan sebesar Rp49,86 triliun untuk menggantikan nilai SBN ritel jatuh tempo pada 2019 yang mencapai Rp51 triliun.
Dengan demikian, secara tahun berjalan, dana investor ritel yang berada di instrumen surat utang milik Pemerintah itu bertambah sebesar Rp7,92 triliun dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun lalu yakni Rp73,07 triliun atau 3,09 persen dari total SBN beredar tahun 2018.
Sebelumnya, Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan bukan pertama kali target penerbitan obligasi ritel meleset. Dia menilai Pemerintah harus berani memberikan kupon yang tinggi sebagai biaya untuk mengedukasi sekaligus menambah kontribusi investor ritel dalam SBN.
Dia menuturkan bunga yang ditawarkan deposito akan selalu menjadi acuan bagi investor ritel untuk memilih instrumen yang memberikan keuntungan paling tinggi. Semakin rendahnya suku bunga sebenarnya memberikan peluang bagi Pemerintah untuk mendapatkan dana publik lebih murah. Namun, untuk menggaet investor ritel membutuhkan tambahan biaya yakni melalui kupon yang lebih manis.
Baca Juga
“Kalau memang [produknya ditujukan] buat [investor] retail, mereka [Pemerintah] harus siap dengan beban kupon yang lebih tinggi untuk mereka bayarkan,” katanya.
Investor Asing
Sementara itu, investor lain yang menyimpan dananya pada SBN yakni investor asing dengan kepemilikan Rp1.064,3 triliun atau bertambah Rp171,05 triliun sepanjang tahun 2019. Angka ini berkontribusi sebesar 38,49 persen dari total outstanding SBN.
Menyusul investor asing, terdapat perbankan yang memiliki dana Rp674,58 triliun dalam instrumen SBN atau bertambah sebesar Rp 193,25 triliun sepanjang tahun ini. Adapun, kepemilikan perbankan dalam instrumen SBN berkontribusi sebesar 24,39 persen dari total outstanding.
Setelah perbankan, terdapat dana pensiun yang menanamkan modalnya sebesar Rp 256,76 triliun pada instrumen SBN atau naik Rp43,88 triliun. Dengan demikian, kepemilikan dana pensiun dalam SBN saat ini sebesar 9,29 persen dari outstanding SBN.
Lalu, asuransi yang kini memiliki dana sebesar Rp 215,21 triliun atau telah bertambah Rp13,62 triliun sepanjang tahun ini. Kepemilikan dana asuransi dalam SBN saat ini berkontribusi sebesar 7,78 persen dari total outstanding SBN.
Terakhir, terdapat reksa dana dengan dana sebesar Rp 133,34 triliun atau bertambah Rp14,71 triliun sepanjang tahun 2019. Dengan demikian, reksa dana kini berkontribusi sebesar 4,82 persen dari total SBN beredar.