Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Sampoerna Agro Tbk. menargetkan belanja modal tahun depan akan sama dengan tahun ini sebesar Rp600 miliar.
Head of Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma mengatakan alokasi belanja modal perseroan akan sekitar Rp600 miliar. Sekitar 66,66% dana itu akan dipergunakan perseroan untuk belanja aset perkebunan sedangkan 44,44% sisanya dipergunakan untuk belanja aset tetap.
“Belanja modal kurang lebih sama Rp600 miliar untuk aset perkebunan dan aset tetap. Aset perkebunan adalah pemeliharaan, belanja pupuk sampai peremajaan. Sementara aset tetap untuk bangunan, infrastruktur berupa jalanan,” katanya pada Rabu (18/12/2019).
Nilai belanja modal emiten bersandi saham SGRO itu tidak jauh berbeda dari alokasi 2 tahun terakhir yang nilainya tercatat sekitar Rp600 miliar-Rp800 miliar.
Anak usaha Sampoerna itu akan menggunakan kas internal dan pinjaman dari bank untuk memodali belanja modal pada tahun depan.
Michael menambahkan pada tahun depan perseroan akan melakukan penanaman kelapa sawit seluas 4.000 hektare dan 4.000 hektare ditanami karet. Dia mengungkapkan strategi utama perseroan dalam 2—3 tahun ke depan ialah memperkuat bisnis hulu.
Baca Juga
Menurutnya, produktivitas adalah kunci utama untuk mengantisipasi volatilitas harga minyak sawit. Pasalnya, dengan penurunan harga yang kerap terjadi, emiten berkode saham SGRO itu bisa mengkompensasinya dengan menambah volume penjualan.
Harga jual rata-rata perseroan untuk minyak sawit dan inti sawit sampai kuartal III/2019 mengalami penurunan masing-masing sebesar 12% dan 33% dibandingkan dengan periode tahun lalu. Minyak sawit dari posisi Rp7.528 menjadi Rp6.625 per kg dan minyak inti sawit Rp5.480 menjadi Rp3.668 per kg.
Namun SGRO berupaya meredam penurunan dengan menaikan volume penjualan. Kedua segmen itu mencatatkan peningkatan dari kuatal sebelumnya masing-masing sebesar 52% dan 50%, dengan jumlah yang mencapai 117.123 ton dan 27.665 ton.
Adapun volume penjualan minyak sawit tercatat 292,198 ton per September atau naik sebesar 19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sedangkan inti sawit juga mengalami kenaikan sebesar 3% menjadi 64,440 ton.
Selain itu, SGRO pun berkemungkinan mendapatkan pendapatan dari segmen penjualan karet. Michael mengatakan pada tahun depan kebun karet perseroan akan panen pertama kali.
“Kemungkinan akan ada pembangunan pabrik bila tahun depan terjadi panen. Masa panen karet itu setelah tujuh tahun dan kami telah menanamnya dari 2013,” ungkapnya.
Dia pun memandang optimistis 2020 akan menjadi tahun yang baik bagi perseroan dari sisi operasional.
Sementara itu, Analis Maybank IB Research Ong Chee Ting mengatakan stok minyak sawit semakin terbatas.
“Stok November November cenderung lebih rendah karena output turun lebih cepat dari ekspor dan konsumsi. Harga minyak sawit akan terus naik pada kuartal 2020 sekitar 2.300 ringgit per ton,” katanya.