Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menghangat di atas level US$60 per barel karena optimisme bahwa redanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China akan memacu permintaan, serta para analis memperkirakan penurunan dalam inventaris minyak mentah AS.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,07% atau 0,04 poin menjadi US$60,25 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 0,11% atau 0,07 poin menjadi US$65,41 per barel, pukul 16:21 WIB.
Kesepakatan dagang terbatas yang ditandatangani dan dirilis pada bulan depan, akan menurunkan beberapa tarif dan mencegah eskalasi konflik dagang dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Kesepakatan dagang terbatas itu telah mengurangi kekhwatiran investor tentang eskalasi lebih jauh dan mendongrak kenaikan seluruh harga komoditas.
Bagi harga minyak, hal ini mengikuti pemangkasan produksi lebih curam oleh OPEC+ pada awal bulan ini. Kesepakatan yang ditujukan untuk mendorong penguatan harga minyak pada akhir tahun.
Sementara itu, survei Bloomberg menunjukkan, stok minyak AS diproyeksikan turun 1,75 juta barel pekan lalu. Jika survei ini terkonfirmasi oleh data resmi dari Energy Information Administration yang akan diumumkan pada Rabu (18/12) waktu setempat, maka akan menjadi penurunan pekan ketiga pada kuartal ini, dan akan membantu untuk mengurangi kekhawatiran banjir pasokan.
Baca Juga
Jeffrey Halley, Analis Senior di Oanda Singapura mengatakan, harga minyak mendekati level tertinggi dua bulan setelah pengumuman negosiasi dagang diumumkan pada Jumat pekan lalu, menciptakan pertumbuhan global yang lebih bullish.
“Harga minyak mentah kemungkinan besar berputar tinggi pada akhir tahun,” katanya dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/12/2019).