Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tergelincir Jelang Rilis Data Neraca Perdagangan

Nilai tukar rupiah tergelincir dari penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan dibuka melemah tipis pada perdagangan hari ini, Senin (16/12/2019).
Karyawati beraktivitas di salah satu kantor cabang Bank Sinarmas, di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Karyawati beraktivitas di salah satu kantor cabang Bank Sinarmas, di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah tergelincir dari penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat dibuka melemah tipis pada perdagangan hari ini, Senin (16/12/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka terdepresiasi tipis 5 poin atau 0,04 persen di level Rp13.995 per dolar AS dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (13/12/2019), rupiah ditutup di level Rp13.990 per dolar AS dengan apresiasi sebesar 43 poin atau 0,31 persen, penguatan hari perdagangan kedua berturut-turut.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi menguat didorong berkurangnya kekhawatiran pasar terhadap negosiasi dagang setelah pernyataan sepakat dari pejabat China dan AS, sehingga meningkatkan minat investasi aset berisiko.

Menurutnya, rupiah berpotensi menguat pada perdagangan pekan ini dan terus menguji level psikologis Rp13.900 per dolar AS seiring dengan tercapainya kesepakatan perdagangan fase pertama

“Rupiah berpotensi menguat ke Rp13.900 per dolar AS dengan resisten di kisaran Rp14.050 per dolar AS untuk perdagangan Senin (16/12/2019),” ujarnya kepada Bisnis.

Kendati demikian, penguatan yang terjadi dinilai tidak akan terlalu signifikan. Ini lantaran dalam kesepakatan tahap pertama tersebut, pemerintah AS hanya menunda tarif yang seharusnya berlaku pada 15 Desember 2019 tetapi tidak menghilangkan tarif impor sebelumnya.

Selain itu, belum jelas pula jumlah produk pertanian AS yang akan dibeli oleh China. Padahal, hal inilah yang sesungguhnya dinantikan oleh pasar.

Ariston menambahkan fokus pasar pada perdagangan Senin (16/12) juga akan terkait perilisan neraca perdagangan Indonesia yang diprediksi mengalami defisit sebesar US$130 juta.

“Mungkin bisa menahan penguatan rupiah kalau nanti defisit neraca perdagangan dirilis lebih besar daripada prediksi pasar,” jelasnya.

Sementara itu, mata uang lainnya di Asia terpantau bergerak variatif pada perdagangan Senin (16/12) pagi. Yuan offshore China memimpin penguatan sejumlah mata uang di Asia dengan naik 0,2 persen terhadap dolar AS.

Di sisi lain, won Korea Selatan yang melemah 0,18 persen pada pukul 08.11 WIB memimpin depresiasi yang dialami beberapa mata uang lainnya terhadap dolar AS.

Seiring dengan pergerakan mata uang di Asia, indeks dolar AS yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau turun tipis 0,042 poin atau 0,04 persen ke level 97,130 pada Senin (16/12) pukul 08.00 WIB.

Pada perdagangan Jumat (13/12), indeks dolar AS ditutup melemah 0,23 persen atau 0,225 poin di posisi 97,172.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper