Bisnis.com, JAKARTA—Jumlah penerbitan produk reksa dana pada tahun ini menunjukkan perlambatan. Hal itu seiring dengan pengetatan aturan dari Otoritas Jasa Keuangan dan strategi fund manager untuk fokus pada produk yang sudah ada.
Per 29 November 2019, produk reksa dana yang diterbitkan manajer investasi bertambah sebanyak 142 produk menjadi 2.215 produk atau lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 340 produk.
Sementara itu, data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan dalam periode 1-8 Desember 2019, ada 5 produk reksa dana yang telah mendapatkan kode ISIN.
Perinciannya, reksa dana pasar uang syariah 1 produk, reksa dana ETF (exchange-traded fund) 1 produk, dana investasi infrastruktur (Dinfra) 2 produk, dan reksa dana terproteksi syariah 1 produk.
Infovesta Utama mencatat penerbitan reksa dana pada November sebanyak 41 produk atau lebih sedikit dibandingkan pada bulan sebelumnya sebanyak 44 produk baru.
Adapun produk yang paling banyak diterbitan adalah reksa dana terproteksi. Manajer investasi dinilai tengah memanfaatkan momentum kenaikan pasar obligasi seiring dengan pemangkasan suku bunga.
Lebih lanut, berkurangnya penerbitan produk reksa dana ini juga menyusul aturan penerbitan produk reksa dana yang diperketat oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Pada September, OJK melarang fund manager menerbitkan produk reksa dana yang bertujuan melakukan pembelian efek dari calon atau pemegang unit penyertaan.
Hal itu dilakukan setelah OJK menemukan tingkat aktivitas pemanfaatan reksa dana sebagai sarana perbaikan pembukuan (financial engineering) oleh sejumlah pihak semakin meningkat.
Kendati frekuensi penerbitan produk baru reksa dana berkurang, jumlah produk reksa dana pada tahun ini masih yang terbanyak sepanjang masa.
Begitu pula dari sisi dana kelolaan atau asset under management hingga akhir bulan lalu senilai Rp544,41 triliun lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menjelaskan biasanya manajer investasi tidak menahan penerbitan produk baru selama ada permintaan dari nasabah.
“[Penerbitan baru reksa dana] saham [sedikit] mungkin karena pasarnya lagi stagnan, jadi mungkin minat atas produk baru tidak terlalu banyak,” kata Farash kepada Bisnis, Minggu (8/12/2019).
Sementara itu, dari sisi pasar surat utang yang reli pada 2019 terutama obligasi negara, produk-produk berbasis surat utang negara (SUN) yang sudah ada pun banyak diminati oleh investor.
Selanjutnya, tambah Farash, di produk reksa dana terproteksi juga mendapat sentimen dari yield yang turun.
Beberapa manajer investasi lainnya menyampaikan bahwa fokus utama tahun ini memang bukan pada penerbitan produk baru saja. Melainkan juga memerkuat produk-produk yang sudah ada.
Jumlah Penerbitan Reksa Dana
Periode (Setahun Penuh) | Jumlah Produk |
2017 | 1.777 |
2018 | 2.099 |
2019* | 2.220 |
* per 8 Desember 2019, ditambah dengan produk yang sudah mendapat pernyataan kode ISIN dari KSEI
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Jumlah Penerbitan Reksa Dana
Periode (YTD) | Jumlah Produk |
Nov 2017 | 1.733 |
Nov 2018 | 2.073 |
Nov 2019 | 2.215 |
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan