Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Diperkirakan Setop Penerbitan Sukuk

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, pelelangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara yang akan dilakukan pada 26 November 2019 kemungkinan merupakan penerbitan sukuk terakhir untuk 2019.
 Ilustrasi Sukuk Negara Ritel./JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi Sukuk Negara Ritel./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan sukuk untuk menutupi defisit kemungkinan yang dilakukan pada November kemungkinan menjadi yang terakhir untuk 2019.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, pelelangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara yang akan dilakukan pada 26 November 2019 kemungkinan merupakan penerbitan sukuk terakhir untuk 2019.

"Revisi defisit fiskal yang dikeluarkan pemerintah pada kisaran 2% hingga 2,2% kemungkinan sudah dapat dipenuhi melalui pelelangan besok," katanya saat dihubungi di Jakarta pada Senin (25/11/2019).

Berdasarkan perhitungan Bisnis.com, proyeksi anggaran secara nominal akan mendekati angka Rp354 triliun.

Ia mengatakan, pemerintah tidak perlu mematok target yang sangat tinggi dalam pelelangan sukuk besok. Pasalnya, pemerintah sudah mencapai target pembiayaan utang yang dicanangkan dari penerbitan SBSN dan Surat Utang Negara (SUN) konvensional.

"Serapan pembiayaan utang juga sudah didukung dengan penerbitan global bond beberapa waktu yang lalu," tambahnya.

Keyakinan Josua didasarkan pada cukup tingginya minat pembeli terhadap sukuk yang diterbitkan pemerintah. Apalagi, pelelangan besok menawarkan sukuk short term dan medium term yang kerap laku keras saat diterbitkan.

Varian sukuk short dan medium term yang menurutnya paling dicari besok salah satunya adalah Project Based Sukuk (PBS) seri PBS002 yang akan jatuh tempo pada 15 Januari 2022 dengan kupon 5,45%. Selain itu, ada seri PBS 026 dengan kupon 6,625% dan jatuh tempo pada 15 Oktober 2024.

Ia melanjutkan, permintaan terhadap sukuk yang tinggi juga didukung kondisi nilai rupiah. Saat ini, katanya, nilai tukar rupiah menunjukkan tren menguat yang akan turut mempengaruhi minat pembeli sukuk secara positif.

Josua juga mengatakan, penerbitan sukuk yang dijadwalkan masih akan dilakukan sekali lagi pada Desember 2019 tidak perlu dilakukan. Hal ini akan menimbulkan sentimen positif pada secondary market.

Sementara itu, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan peluang pemerintah untuk kembali menerbitkan sukuk sebenarnya cukup terbuka. Hal ini didukung oleh tingginya minat dan permintaan pembeli terhadap surat utang jenis ini dalam beberapa penerbitan terakhir.

Namun, ia memperkirakan pemerintah tidak akan melebihi pagu target penerbitan sukuk. Hal ini karena alokasi pembiayaan utang melalui sukuk terbilang kecil bila dibandingkan dengan penerbitan obligasi konvensional.

"Bila ingin mencari keuntungan, sebenarnya penerbitan sukuk masih dapat dilakukan. Tetapi, diperkirakan target penerbitan sukuk untuk 2019 masih berada pada kisaran yang dicanangkan pemerintah, tidak akan melebihi," jelas Yusuf.

Sebelumnya, pada 2019, target penerbitan bersih atau net issuance SBN senilai Rp389 triliun. Pada kuartal IV/2019, target penerbitan lelang sebesar Rp127,02 triliun dari 6 kali lelang SBSN dan 5 kali lelang Surat Utang Negara (SUN).

Pelelangan surat utang dijadwalkan masih menyisakan dua kali, yaitu lelang sukuk dan SUN masing-masing satu kali pada Desember 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper