Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham PGAS Rebound, IHSG Justru Tergelincir ke Zona Merah Siang Ini

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir dan memarkir pergerakannya di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (4/11/2019).
Karyawan beraktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/11)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan beraktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/11)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir dan memarkir pergerakannya di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (4/11/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG turun 0,20 persen atau 12,48 poin ke level 6.194,71 pada akhir sesi I dari level penutupan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (1/11), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.207,19 dengan pelemahan 0,34 persen atau 21,13 poin, koreksi hari kedua berturut-turut.

Sebelum berbalik ke zona merah, indeks sempat bangkit dari pelemahannya dengan dibuka naik 0,19 persen atau 11,94 poin di posisi 6.219,13 pada Senin (4/11) pagi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 6.190,58 – 6.242,08.

Enam dari sembilan sektor menetap di zona merah, dipimpin properti (-1,59 persen) dan barang konsumen (-0,61 persen). Tiga sektor lainnya mampu parkir di zona hijau, dipimpin infrastruktur yang menguat 0,98 persen.

Sebanyak 184 saham menguat, 202 saham melemah, dan 273 saham stagnan dari 659 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Saham PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing turun 23,03 persen dan 1,90 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir sesi I.

Di sisi lain, kenaikan saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) masing-masing sebesar 1,47 persen dan 5,68 persen mampu menopang sekaligus membatasi besarnya penurunan IHSG.

Saham PGAS rebound dari tekanan yang dialami selama beberapa hari perdagangan terakhir, setelah UOB menyatakan prospek positif saham ini seiring dengan perkiraan meningkatnya volume gas.

UOB Kay Hian berpendapat saham PGAS akan tetap menarik terlepas dari keputusan untuk membatalkan rencana kenaikan harga gas untuk pengguna industri.

“Prospek tetap positif untuk perusahaan karena volume gas diperkirakan naik 10 persen pada 2020,” terang analis UOB Arandi Ariantara, seperti dilansir melalui Bloomberg.

Saham PGAS sebelumnya tertekan setelah pemerintah membatalkan rencana PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) untuk menaikkan harga gas industri berlaku pada 1 November 2019 karena dipandang akan berujung pada melemahnya daya saing.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 berbalik ke zona merah dan turun 0,05 persen atau 0,25 poin ke level 543,22. Namun, indeks saham syariah Jakarta Islamic Index masih mampu naik tipis 0,01 persen atau 0,04 poin ke posisi 685,29 pada akhir sesi I.

Sementara itu, indeks saham lain di Asia mayoritas mampu bergerak positif, di antaranya indeks Hang Seng Hong Kong (+1,20 persen) dan indeks Kospi Korea Selatan (+1,38 persen).

Adapun di China, dua indeks saham utamanya, Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing menguat 0,77 persen pada pukul 12.07 WIB.

Dilansir dari Reuters, bursa Asia menguat di tengah meningkatnya optimisme atas perundingan perdagangan Amerika Serikat-China sehingga mendorong minat investor global untuk aset-aset berisiko.

Pada Jumat (1/11), baik pihak AS maupun China mengatakan telah membuat kemajuan dalam pembicaraan yang bertujuan untuk meredakan perang dagang antara kedua negara yang telah berlangsung selama lebih dari satu tahun terakhir.  

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menyatakan optimismenya bahwa AS akan mencapai kesepakatan perdagangan "Fase Satu" dengan China bulan ini.

Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah menguat 23 poin atau 0,16 persen ke level Rp14.016 per dolar AS pada pukul 11.05 WIB, di tengah pelemahan dolar AS.

Indeks dolar AS terpantau turun 0,05 persen atau 0,045 poin ke level 97,194 pada pukuol 11.52 WIB, menuju penurunan hari perdagangan keenam berturut-turut.

“Optimisme yang berlaku atas kesepakatan perdagangan Fase Satu mengangkat nilai tukar mata uang Asia secara keseluruhan,” ujar Ken Cheung, kepala pakar strategi valas Asia di Mizuho Bank, Hong Kong.

“Kinerja dolar AS yang lesu juga membuat pelaku pasar nyaman untuk membangun long position untuk mata uang Asia,” tambah Cheung, dikutip dari Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper