Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah bergerak terbatas pada perdagangan Rabu (30/10/2019), seiring penantian pasar atas hasil pertemuan kebijakan moneter The Fed dan rilis data inflasi Indonesia periode Oktober 2019 pada akhir bulan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (30/10), rupiah berada di level Rp14.031 per dolar AS setelah menguat tipis 0,29 persen atau 5 poin. Secara year-to-date (ytd), rupiah masih menguat 2,5 persen.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan saat ini, pasar cenderung wait and see karena menanti kepastian kebijakan moneter The Fed yang diprediksi kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps).
Pasar juga menanti komentar Gubernur The Fed Jerome Powell untuk mengetahui lebih lanjut kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Sentral AS ke depannya.
“Pasar juga menanti rilis data inflasi Oktober 2019 pada akhir pekan ini, yang diperkirakan sebesar 3,27 persen year-on-year (yoy), melambat dibandingkan dengan September sebesar 3,39 persen. Namun, masih sesuai dengan ekspektasi pemerintah,” paparnya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (30/10).
Sikap menanti oleh pasar tersebut telah mendorong rupiah untuk bergerak terbatas.
Baca Juga
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping diharapkan dapat menandatangani perjanjian perdagangan fase satu pada KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Chile pada November 2019.
Namun, laporan terbaru memberikan sinyal bahwa harapan penandatanganan kesepakatan tersebut tidak akan terjadi, walaupun Trump sempat mengatakan bahwa perjanjian perdagangan dengan China bisa terjadi lebih cepat dari jadwal dan tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Ibrahim memprediksi rupiah masih melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis (31/10), di kisaran Rp14.010-Rp14.055 per dolar AS.