Bisnis.com, JAKARTA—Pendapatan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sepanjang 9 bulan tahun ini mengalami penurunan sebesar 22,75% secara tahunan.
Dari laporan keuangan perseroan yang dirilis pada Rabu (30/10/2019), emiten dengan kode saham JSMR ini membukukan pendapatan senilai Rp21,15 triliun, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp27,38 triliun.
Jika diperinci, pendapatan tersebut berasal dari pendapatan tol dan usaha lainnya senilai Rp7,96 triliun, naik 11,64% year-on-year dari Rp7,13 triliun. Pendapatan konstruksi senilai Rp13,19 triliun, atau lebih rendah dibandingkan dengan akhir September 2018 yang senilai Rp20,25 triliun.
Menanggapi penurunan pendapatan, khususnya dari sektor konstruksi, Corporate Secretary Jasa Marga M. Agus Setiawan mengatakan pendapatan konstruksi lebih bersifat pencatatan saja dan merupakan lawan dari beban konstruksi. Hal ini harus dituliskan sesuai dengan ketentuan laporan keuangan.
“Pendapatan real adalah pendapatan usaha yang berasal dari pendapatan tol dan usaha lain,” ujarnya, Rabu (30/10/2019).
Baca Juga
Agus menjelaskan ruas-ruas tol yang dibangun JSMR satu persatu telah jadi dan beroperasi. Oleh karena itu, aktivitas konstruksi saat ini tidak sebanyak sebelumnya sehingga pendapatan konstruksi turun. Demikian juga beban konstruksi yang ikut mengalami penurunan.
“Relatif saling meniadakan,” jelasnya.
Setelah dikurangi beban pendapatan, yang berasal dari beban tol dan usaha lainnya serta beban konstruksi, perseroan mengantongi laba bruto senilai Rp4,78 triliun. Angka ini meningkat 13% y-o-y dari Rp4,23 triliun.
Sementara itu, laba usaha turun tipis 0,71% y-o-y dari Rp4,20 triliun menjadi Rp4,17 triliun. Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh keuntungan dari pelepasan investasi pada akhir kuartal III/2019 yang hanya senilai Rp111,18 miliar. Sementara, pada periode yang sama tahun lalu, pos ini tercatat senilai Rp876,91 miliar.
Laba sebelum pajak penghasilan JSMR pun ikut turun 12% y-o-y dari Rp2,50 triliun menjadi Rp2,20 triliun. Adapun, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat senilai Rp1,50 triliun atau terkoreksi 15,25% y-o-y dari Rp1,77 triliun.
Terkait dengan raihan laba, Agus menyatakan yang menjadi acuan kinerja perseroan saat ini adalah ekspansi signifikan dari EBITDA. Per 30 September 2019, EBITDA operasional perseroan senilai Rp5,00 triliun, tumbuh sebesar 16,9% dibandingkan dengan kuartal III tahun lalu.
“Untuk bottom line akhir tahun, kami optimistis tetap tumbuh,” kata Agus.