Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Stabil, Lonjakan Produksi AS Membayangi

Harga minyak mentah bergerak stabil pada awal perdagangan pekan ini, Senin (28/10/2019), setelah mampu membukukan kenaikan mingguan terbesarnya dalam lebih dari sebulan di tengah tanda-tanda progres dalam konflik perdagangan Amerika Serikat-China.
Matahari terbenam di belakang sebuah pompa minyak di luar Saint-Fiacre, dekat Paris, Prancis 17 September 2019./REUTERS-Christian Hartmann
Matahari terbenam di belakang sebuah pompa minyak di luar Saint-Fiacre, dekat Paris, Prancis 17 September 2019./REUTERS-Christian Hartmann

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah bergerak stabil pada awal perdagangan pekan ini, Senin (28/10/2019), setelah mampu membukukan kenaikan mingguan terbesarnya dalam lebih dari sebulan di tengah tanda-tanda progres dalam konflik perdagangan Amerika Serikat-China.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember 2019 turun hanya 11 sen atau 0,02 persen ke level US$56,55 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 09.40 pagi waktu Singapura.

Pada perdagangan Jumat (25/10/2019), WTI kontrak Desember mampu menanjak 43 sen dan ditutup di level US$56,66 per barel sekaligus mencatat kenaikan mingguan sebesar 5,4 persen.

Adapun minyak Brent untuk kontrak Desember 2019 turun 9 sen atau 0,2 persen ke level US$61,93 per barel di ICE Futures Europe Exchange, setelah berakhir menguat 35 sen di posisi 62,02 pada perdagangan Jumat (25/10).

Pemerintah AS mengatakan pihaknya hampir menyelesaikan tahap pertama dari kesepakatan perdagangan dengan China. Sejalan dengan ini, pemerintah China mengungkapkan bahwa bagian dari teks untuk kesepakatan itu pada dasarnya telah selesai.

Merespons kabar tersebut, para pengelola dana pun meningkatkan posisi net-long mereka untuk minyak mentah WTI, pertama kalinya sejak pertengahan September.

“Dengan indikasi bahwa pemerintah AS dan China membuat lebih banyak progres dalam diskusi mengenai tarif, sentimen terus berubah menjadi lebih menguntungkan,” ujar Stephen Innes, ahli strategi pasar Asia Pasifik di AxiTrader, dalam sebuah catatan.

"Para pengelola dana meningkatkan posisi net-long mereka sehingga pasar berubah menjadi semakin kurang skeptis bahwa kesepakatan perdagangan akan terjadi,” tambahnya.

Meski demikian, harga minyak mentah AS masih turun lebih dari 14 persen dari puncaknya pada bulan April akibat berkurangnya permintaan dari perselisihan perdagangan AS-China dan membengkaknya pasokan.

Dalam sebuah wawancara pada Minggu (27/10/2019), Menteri Energi AS Rick Perry mengatakan pasar global "dibanjiri" minyak mentah karena lonjakan produksi di AS dan booming ini tampaknya akan berlanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper