Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) kembali menguat pada Kamis (24/10/2019), dipicu oleh keputusan China memberikan keringanan tarif bagi perusahaan pengolah yang membeli kedelai dari AS.
Langkah China tersebut menjadi sentimen positif bagi harga minyak kedelai, kompetitor minyak sawit. Naik turunnya harga minyak tersebut acapkali mempengaruhi harga CPO, karena keduanya bersaing di pasar minyak nabati.
Dari data Bloomberg terlihat, hingga Rabu (24/10) pukul 11.29 WIB, harga minyak kelapa sawit pengiriman Januari 2020 di Bursa Derivatif Malaysia menguat 0,82 persen atau 19 poin ke posisi 2.341 ringgit per ton, dari 2.328 ringgit per ton di sesi pembuka.
Sehari sebelumnya, harga sawit berakhir di posisi hijau dengan penguatan 0,22 persen atau 5 poin ke posisi 2.322 ringgit per ton.
Sementara itu, hingga pukul 12.56 WIB, harga minyak kedelai kontrak Desember 2019 di Chicago Board of Trade juga masih menguat 0,2 persen atau 0,06 poin ke posisi US$30,64 per pon.
Seperti dilansir dari Bloomberg, pembebasan pembelian kedelai tersebut diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan pengolah kedelai China, juga perusahaan multinasional di negara tersebut.
Baca Juga
Rajesh Modi, pedagang di Sprint Exim Pte di Singapura, mengatakan selain sentimen tersebut, pasar sawit juga mendapat kabar positif dari campuran CPO untuk biodiesel di Indonesia dan Malaysia akan meningkat pada tahun depan.
Awal pekan ini, Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok menyampaikan implementasi mandat campuran biodiesel 20 persen atau B20 di Malaysia akan menggugah konsumsi sawit lokal hingga 1,3 juta ton dalam setahun.
Selain itu, pasar sawit juga memperoleh dukungan setelah data SGS Malaysia Sdn memperlihatkan ekspor sawit Malaysia ke China melonjak 42 persen menjadi 164.838 ton pada 20 hari pertama Oktober 2019, dari periode yang sama bulan sebelumnya.
Oscar Tjakra, analis senior di Rabobank, menuturkan China berpotensi membeli lebih banyak sawit dari Malaysia jika harga jatuh akibat ketegangan mereka dengan India.
Meskipun demikian, sejumlah pedagang dan investor masih berhati-hati karena kelompok berpengaruh pengolah sawit India meminta anggotanya untuk menahan diri untuk membeli sawit dari Malaysia, setelah Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad mengkritik negara mereka soal Kashmir.