Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar Amerika Serikat (AS) terpantau terkoreksi tipis pada perdagangan pagi ini, Selasa (22/10/2019), seiring dengan menguatnya nilai tukar pound sterling Inggris yang didorong ekspektasi mengenai kesepakatan Brexit.
Meski demikian, tanda-tanda progres antara pemerintah AS dan China dalam upaya menyelesaikan konflik perdagangan mereka mampu membatasi besarnya penurunan indeks dolar.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, turun tipis 0,062 poin atau 0,06 persen ke level 97,344 pada pukul 08.37 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (18/10), indeks dolar AS ditutup di posisi 97,282 dengan pelemahan 0,325 poin atau 0,33 persen.
Sementara itu, nilai tukar pound sterling terhadap dolar AS melemah 0,57 persen ke level US$1.2910 pada pukul 08.47 WIB, setelah mampu menguat 0,72 persen dan ditutup di level 1,2984 pada Jumat (18/10).
Dilansir dari Reuters, nilai tukar pound sterling menguat setelah Perdana Menteri Boris Johnson dikabarkan akan kembali berupaya agar Parlemen Inggris menyetujui rancangan undang-undang (RUU) Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada Selasa (22/10/2019) waktu setempat.
Baca Juga
Sebelumnya, Johnson telah gagal memperoleh mayoritas suara di Parlemen Inggris atas ratifikasi kesepakatan yang ia buat dengan Uni Eropa.
“Jika House of Commons memilih mendukung kesepakatan, nilai tukar pound sterling terhadap dolar AS dapat rally menuju level US$1,3500 dalam jangka menengah. Inggris kemudian akan memasuki masa transisi yang berlangsung hingga 31 Desember 2020,” ujar Kim Mundy, pakar strategi mata uang di CBA .
“(Namun) jika parlemen menolak kesepakatan itu, pound sterling kemungkinan akan stabil di sekitar US$1.2800 karena risiko Brexit tanpa kesepakatan akan tetap rendah. Pemilu dini Inggris akan menjadi cara paling logis berikutnya,” tambahnya.
Di Washington, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa upaya untuk mengakhiri konflik perdagangan AS-China berjalan dengan baik. Sementara itu, penasihat Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan tarif impor yang direncanakan untuk dikenakan pada Desember mendatang dapat ditarik jika terlihat kemajuan.
Di sisi lain, Menteri Perdagangan Wilbur Ross mengatakan bahwa meskipun kesepakatan antara kedua negara mungkin tidak akan dituntaskan bulan depan, hal ini dipandang kurang penting dibandingkan dengan mengamankan "kesepakatan yang tepat".
"Upaya bersama dari kedua negara untuk mengelola ekspektasi pasar dari negosiasi yang lebih panjang dapat diterima dengan baik,” ujar Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets, Sydney.
"Sekarang jelas bagi para investor bahwa perjanjian perdagangan yang komprehensif akan membutuhkan diskusi berbulan-bulan,” tambahnya.
Posisi indeks dolar AS | |
---|---|
Tanggal | Posisi |
22/10/2019 (Pk. 09.43 WIB) | 97,284 (-0,05 persen) |
21/10/2019
| 97,328 (+0,05 persen) |
18/10/2019 | 97,282 (-0,33 persen) |
Sumber: Bloomberg