Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Direksi Dirombak, IPCC dan IPCM Racik Strategi untuk Pacu Kinerja

IPCC dan IPCM fokus menggenjot kinerja pada kuartal terakhir tahun ini.
Mobil diparkir di kawasan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) di Jakarta, Rabu (12/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Mobil diparkir di kawasan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) di Jakarta, Rabu (12/9/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah melakukan perombakan jajaran dewan direksi, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. dan PT Jasa Armada Indonesia Tbk. fokus menggenjot kinerja pada sisa periode tahun ini.

Pada Selasa (15/10/2019), kedua entitas anak PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) tersebut melakukan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk mengatur ulang formasi dewan direksi perseroan.

Dalam RUPSLB yang digelar oleh PT Jasa Armada Indonesia Tbk., Chiefy Adi K. didapuk untuk menakhodai Jasa Armada Indonesia menggantikan Dawam Atmosudiro. Sebelumnya, Chiefy merupakan Direktur Utama PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC).

Sementara itu, posisi Direktur Keuangan dan Direktur Sumber Daya Manusia ditempati oleh Rizki Pribadi Hasan.

Chiefy mengatakan bahwa perbaikan kinerja keuangan perseroan akan menjadi fokus utamanya setelah menempati posisi tersebut.

"[Fokus dalam] dua setengah bulan ini bagaimana peningkatan kinerja fundamental dan keuangan," ujarnya kepada Bisnis di Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Dia menjelaskan bahwa perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba tahun ini dapat tumbuh sebesar 30% dibandingkan dengan realisasi 2018.

Dalam 2 tahun terakhir, IPCM tercatat membukukan pendapatan Rp746,65 miliar pada 2017 dan Rp727,05 miliar pada 2018. Dengan target pertumbuhan 30%, perseroan jasa pandu kapal itu membidik pendapatan Rp945,16 miliar pada 2019.

Sementara itu, laba tahun berjalan yang dikantongi IPCM tercatat sebesar Rp120,41 miliar pada 2017 dan Rp72,8 miliar pada 2018.

Penetapan target tersebut, kata Chiefy, mengacu pada permintaan pasar yang dinilai masih sangat luas. Untuk mencapai target tersebut, Perseroan akan menjajaki permintaan-permintaan jasa kapal tunda kepada pihak swasta.

"Kami akan ekspansi ke terminal untuk kepentingan sendiri yang belum menggunakan jasa kami secepatnya," ucapnya.

Sekadar informasi, pendapatan terbesar perseroan saat ini masih berasal dari kontrak yang berasal dari PT Pelindo II (Persero) / IPC yakni sebesar 89% dengan total armada yang beroperasi sebanyak 76 unit kapal.

Untuk memperluas layanannya, perseroan saat ini tengah mengurus izin badan usaha pelabuhan agar dapat mengerjakan layanan tunda dan pandu di pelabuhan-pelabuhan lain.

Selain itu, pada 2020 perseroan berencana untuk menambah 4 unit kapal pandu dengan nilai invesgasi senilai Rp230 miliar yang akan diserap dari dana penawaran umum perdana saham yang masih dikantongi perseroan.

“Kami dapat dari mandat Dirjen Kelautan berhak melakukan pandu dan tunda untuk di wilayah non-IPC,” ungkapnya.

Strategi IPCC

Sementara itu, PLT Direktur Utama Indonesia Kendaraan Terminal Salusra Wijaya mengungkapkan bahwa ditengah pelemahan permintaan alat berat saat ini perseroan akan menggenjot volume kendaraan completely build up (CBU).

Pada kuartal IV/2019, emiten berkode saham IPCC itu akan fokus menjaga kinerjanya minimal sama dengan realisasi pada 2018. Pasalnya, Salusra mengungkapkan bahwa secara keseluruhan industri transportasi laut saat ini mengalami penurunan 15%—17%.

Adapun pada 2018, pendapatan IPCC tercatat Rp521,84 miliar dengan laba kotor tercatat Rp250 miliar. Sementara itu, laba bersihnya sebesar Rp170,18 miliar.

“Kuartal IV ini kami kebut dari CBU, supaya akhir tahun kami flat seperti tahun lalu,” ungkapnya.

Porsi pendapatan dari penumpukan kendaraan CBU di terminal IPCC akan tingkatkan menjadi 70%, selebihnya pendapatan perseroan akan didapatkan dari sektor alat berat.

Pada kuartal IV/2019, perseroan telah mengantongi kontrak baru dari Wuling Motor untuk penumpukan kendaraan CBU selama satu tahun di terminal IPCC untuk pengiriman internasional.

“Wuling dikirim dari IPCC sekitar 2.000 unit per bulan. Kami belum ada kontrak tertulis, tapi secara operasional sudah jalan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper