Bisnis.com, JAKARTA—PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) merekomendasikan kepada investor untuk mencermati emiten dengan fundamental solid pada beberapa sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga.
Samuel Kesuma, Senior Portofolio Manager Equity MAMI, menyampaikan bahwa sentimen risk off yang menyebabkan terjadinya arus jual investor asing di pasar saham domestik selama beberapa bulan terakhir telah menawarkan peluang investasi di beberapa sektor yang dinilai memiliki fundamental baik.
“Situasi makro saat ini –tren penurunan suku bunga dan inflasi yang terkendali– mendukung pilihan kami akan emiten dengan fundamental solid pada beberapa sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga,” tulis Samuel dalam Seeking Alpha edisi Oktober 2019, Kamis (10/10/2019).
Dirinya melanjutkan, pergerakan pasar saham belakangan ini cenderung bergerak sideways sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi yang relatif lemah.
Hal itu juga terlihat lewat pertumbuhan kinerja emiten yang lebih rendah dari perkiraan. Adapun, untuk mengantisipasi pelemahan lebih lanjut, pemerintah pun mengambil langkah dengan memberikan stimulus moneter dan fiskal.
Rencananya pemerintah akan menurunkan pajak pendapatan korporasi dari level saat ini 25% menjadi 22% pada 2021 dan 20% pada 2023 untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia.
Baca Juga
Pemerintah juga berencana untuk mengubah ambang batas pajak penghasilan individu, yang dapat meningkatkan disposable income dan diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat.
Sementara itu, Bank Indonesia juga telah menurunkan suku bunga sebanyak 3 kali di sepanjang tahun ini.
MAMI pun melihat ruang pemangkasan suku bunga lebih lanjut masih terlihat dari suku bunga riil yang tetap kompetitif dibandingkan beberapa negara di kawasan Asia yang juga memiliki defisit neraca berjalan, seperti India dan Filipina.
“Namun kebijakan tersebut tentunya memerlukan waktu untuk memberikan dampak signifikan kepada ekonomi,” tulis Samuel.
Di samping itu, yang menjadi perhatian juga adalah arah kebijakan pemerintah–terutama setelah pembentukan kabinet baru–untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai prospek di masing-masing industri dan sektor.
Selain dari sentimen domestik, sentimen dari global juga diyakini masih akan mempengaruhi pergerakan bursa saham domestik. Dari perkembangan perang dagang AS—China diperkirakan pada tahun kedua ini tidak akan sesengit pada tahun lalu.
“Meskipun episode baru eskalasi konflik dagang antara Amerika Serikat dan China terus terjadi, kami melihat perubahan dalam dinamika bilateral telah terjadi,” tulis Samuel.