Bisnis.com, JAKARTA -- Rupiah berhasil berbalik menguat, walaupun terbatas, pada perdagangan Selasa (8/10/2019). Kondisi ini terjadi di tengah ketidakpastian menjelang perundingan perdagangan AS-China serta cadangan devisa September 2019 yang menurun.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.162 per dolar AS, hanya menguat 0,007 persen atau 1 poin terhadap greenback. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor melemah 0,08 persen menjadi 98,883.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan harapan damainya AS-China kembali menjadi topik utama sentimen perdagangan hari ini. Laporan terbaru menunjukkan bahwa China menjadi lebih ragu untuk menyepakati kesepakatan perdagangan yang luas dengan AS.
“Ketegangan perdagangan antara kedua belah pihak meningkat hanya beberapa hari sebelum pembicaraan dimulai ketika delapan perusahaan teknologi China dilaporkan dimasukkan dalam daftar hitam AS dengan tuduhan terlibat dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap minoritas Muslim di Provinsi Xinjiang,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (8/10).
Laporan sebelumnya menyampaikan Pemerintah AS sedang mempertimbangkan cara untuk membatasi aliran portofolio investor AS ke China, termasuk perusahaan China yang berpotensi delisting dari bursa saham AS
Selain itu, pelaku pasar juga menanti rilis notulen rapat The Fed untuk periode September pada Rabu (9/10), untuk mencari petunjuk lebih jelas terkait prospek kebijakan moneternya.
Baca Juga
Sementara itu, isu pemakzulan Presiden AS Donald Trump menjadi sentimen penggerak rupiah. Pengadilan New York telah memerintahkan Trump untuk menyerahkan laporan pengembalian pajak pribadi dan perusahaan selama 8 tahun.
Dari sisi sentimen internal, Bank Indonesia (BI) kembali melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) dan obligasi melalui perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) untuk menahan pelemahan rupiah di tengah turunnya cadangan devisa (cadev) Indonesia per September 2019, menjadi US$124,32 miliar.
Ibrahim melanjutkan penurunan cadev tersebut cukup dalam, yaitu sebesar US$2,12 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan menjadi penurunan pertama dalam 3 bulan terakhir sehingga menjadi sentimen negatif bagi pergerakan rupiah.
Dia memprediksi rupiah bergerak melemah terbatas pada perdagangan Rabu (9/10) karena tarik menarik data eksternal dan internal, ke kisaran Rp14.117-Rp14.182 per dolar AS.