Bisnis.com, JAKARTA — PT Cita Mineral Investindo Tbk. menyebut realisasi produksi tambang metalurgical grade bauxite (MBG) telah mencapai 3,7 juta ton hingga Juli 2019. Realisasi itu setara dengan 41,11 persen dari target 9 juta ton pada tahun ini.
Direktur Cita Mineral Investindo Yusak L. Pardede mengatakan perseroan menargetkan produksi MGB sebanyak 9 juta ton pada 2019. Target tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi produksi perseroan pada 2018 yakni 4,8 juta ton.
“Hingga Juli 2019 3,7 juta ton, masih on the track sampai 9 juta ton, tidak ada perubahan,” ujarnya, baru-baru ini.
Dia menjelaskan bahwa, produk MGB tersebut paling banyak terserap oleh pasar penjualan luar negeri. Porsi ekspor yang dilakukan perseroan pada tahun ini masih lebih besar dibandingkan dengan pasar domestik.
Yusak mengungkapkan bahwa 70 persen produk perseroan dijual ke pasar ekspor.
“Untuk ekspor seluruhnya diserap oleh China,” ungkapnya.
Yusak mengatakan bahwa perseroan mengantongi izin untuk kuota ekspor hingga September 2019 sebanyak 4 juta ton untuk line 1 perseroan. Dia mengungkapkan bahwa perseroan sedang mengurus perpanjangan izinnya.
Namun, emiten berkode saham CITA itu masih memiliki kuota dari line 2 sebesar 4,03 juta ton sampai dengan Maret 2020. Dia optimistis kuota ekspor pada line 2 tersebut akan terserap seluruhnya hingga akhir tahun nanti.
“Line 2 masih ada sisa, yang sudah terserap kira-kira 3 juta ton,” imbuh Yusak.
Pada tahun ini, CITA mengalokasikan anggaran belanja modal senilai Rp180 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk perbaikan infrastruktur dan perawatan washing plant milik perseroan.
Adapun, dari total anggaran belanja modal pada tahun ini, hingga Mei 2019 anggaran tersebut telah terserap 53% atau Rp95 miliar.
“Paling besar untuk perbaikan jalan 54 Km,” jelasnya.
Sementara itu, perseroan berencana membangun fasilitas pemurnian atau smelter grade alumina tahap dua dengan biaya investasi sekitar US$400 juta.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Yusak menjelaskan bahwa rencana itu akan dieksekusi melalui entitas asosiasi PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW). Pasalnya, secara kapasitas diperlukan penambahan dari 1 juta ton per tahun menjadi 2 juta ton per tahun.
“Sebagai satu-satunya pemurnian smelter grade alumina [SGA] di Indonesia, permintaan akan SGA baik untuk ekspor maupun dalam negeri akan tetap tinggi dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya.
Dia mengungkapkan biaya investasi yang dibutuhkan sekitar US$400 juta. Sumber dana untuk ekspansi itu akan berasal dari internal dan pinjaman perbankan.
Dengan investasi tersebut, lanjut Yusak, perseroan akan mendapatkan sejumlah tambahan pendapatan. Salah satunya pendapatan dari penjualan produk tambang metalurgical grade bauxite (MGB) ke MHW serta pendapatan lain dari penjualan SGA lewat WHW.
“Diharapkan proses pembangunan rampung pada 2021,” ucapnya.