Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah kembali ditutup terdepresiasi pada perdagangan Kamis (26/9/2019). Kondisi itu masih disebabkan oleh sentimen negatif dari eksternal.
Kendati demikian, analis menyarankan pemerintah untuk menjaga kestabilan kondisi investasi agar pertumbuhan ekonomi yang merupakan fondasi rupiah tetap berjalan dengan baik.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.165 per dolar AS, melemah 0,1% atau 13,5 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak menguat di level 99,109.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah masih didominasi oleh sentimen eksternal, seperti dinamika politik AS yang justru membuat dolar AS menguat.
Kemarin, Rabu (25/9), House of Representatives AS yang didominasi kubu oposisi Partai Demokrat resmi mengajukan proposal pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden AS Donald Trump.
Donald Trump meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk melakukan penyelidikan terhadap bisnis minyak keluarga Joe Biden di Ukraina dan sebagai balasannya Trump menjanjikan hibah senilai US$ 400 juta. Hal tersebut dinilai parlemen sebagai tindakan yang ilegal, telah merusak keamanan nasional, dan melanggar Konstitusi AS.
Baca Juga
Sementara itu, akibat gejolak perekonomian global yang tak menentu, Ibrahim mengatakan bahwa Bank Indonesia terus melakukan intervensi untuk menstabilkan mata uang rupiah dengan menjaga stabilitas di pasar uang, valas, dan obligasi melalui perdagangan DNDF.
“Bank Indonesia pun telah menggelontorkan sejumlah pelonggaran kebijakan moneter,dan menempuh sejumlah langkah bauran kebijakan, guna mengakomodir upaya menstabilkan rupiah,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (26/9/2019).
Ibrahim juga menilai, pemerintah harus terus memantau perkembangan kondisi Indonesia saat ini, mengingat pasca-demonstrasi mahasiswa di depan gedung DPR terkait sejumlah RUU yang kontroversial sempat membuat capital outflow hampir sekitar Rp1 triliun.
Hal tersebut untuk tetap menjaga pertumbuhan ekonomi agar dapat terus berkembang dan berkelanjutan sehingga stabilitas ekonomi dari sisi fundamental akan terus terjaga.
“Sebab, kondisi makro ekonomilah yang mengendalikan sentimen dari berbagai sektor. Intinya pondasi ekonominya harus kuat,” paparnya.
Ibrahim memprediksi rupiah masih akan cenderung melemah pada perdagangan Jumat (27/9/2019) di kisaran Rp14.130 per dolar AS hingga Rp14.190 per dolar AS.