Bisnis.com, JAKARTA -- PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk. mengincar pertumbuhan penjualan 30 persen pada tahun ini, setelah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (23/9/2019).
Optimisme ini sejalan dengan langkah perseroan menambah kemitraan dengan perusahaan pelayaran pada 2019, lewat sejumlah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU). Nota kesepahaman diteken untuk menjamin suplai kapal bekas kepada perusahaan besi scrap ini.
Direktur Utama Optima Prima Metal Sinergi Meilyna Widjaja mengatakan saat ini, perusahaan telah memiliki empat MoU dengan perusahaan pelayaran. Dengan bekal tersebut, emiten bersandi saham OPMS itu menargetkan dapat melakukan pembelian 8-10 kapal bekas pada tahun ini dan 12-15 kapal bekas pada 2020.
Adapun tonase kapal bekas yang diincar sekitar 1.000 GT - 10.000 GT dengan usia operasional sekitar 25 tahun.
Meilyn menyampaikan kapasitas usaha peleburan mencapai 12 juta ton per tahun secara nasional.
Adapun target volume penjualan besi scrap OPMS sebesar 24.000 ton besi dengan nilai penjualan sekitar Rp100 miliar - Rp110 miliar pada tahun ini. Pada 2020, volume penjualan ditargetkan meningkat menjadi 26.000 ton dan nilai penjualan mencapai Rp143 miliar.
"Peluang besi scrap sangat besar. Apalagi, di tengah kebutuhan proyek infrastruktur yang tinggi dan ketergantungan impor bahan baku untuk industri baja," paparnya di BEI, Senin (23/9).
OPMS berdiri pada 2012 dengan nama PT Asian Prima Indosteel, yang fokus pada bisnis peleburan bisnis tua. Seiring dengan peningkatan kebutuhan besi baja setiap tahun, perseroan mulai fokus pada penjualan besi scrap hasil pemotongan kapal bekas sejak 2018.
Baca Juga
Pada Januari 2019, perseroan mengubah nama perusahaan menjadi PT Optima Prima Metal Sinergi.
Meilyn optimistis bisnis besi scrap dapat bertumbuh 30 persen per tahun. Langkah perseroan untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) diklaim makin menambah daya tarik bagi perusahaan pelayaran untuk bekerja sama menyuplai kapal bekas.
Direktur Sinarmas Sekuritas Kerry Rusli menerangkan penawaran saham perdana perusahaan yang bergerak di perdagangan besar potongan logam ini menarik bagi investor. Hal ini tercermin dari penawaran saham perdana OPMS yang oversubscribe 2,2 kali dari total IPO sebanyak Rp54 miliar.
"OPMS menjadi perusahaan yang bergerak di perdagangan besar potongan logam yang pertama melantai di bursa," ujarnya.