Bisnis.com, JAKARTA – Setelah bergolak akibat serangan terhadap fasilitas utama Arab Saudi awal pekan ini, harga minyak tampak lebih stabil pada perdagangan Kamis (19/9/2019) saat fokus pedagang beralih ke badai yang membanjiri Pantai Teluk Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober 2019 ditutup naik 2 sen di level US$58,13 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun minyak Brent untuk kontrak November 2019 menguat 80 sen dan berakhir di level US$64,40 per barel di ICE Futures Europe Exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$6,21 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Sisa-sisa Badai Tropis Imelda menumpahkan lebih dari tiga kaki hujan di beberapa bagian pantai Texas, sehingga membatasi operasi kilang dan menutup saluran pipa utama.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan pasar minyak global tetap memiliki pasokan yang baik dan mengesampingkan setiap pelepasan cadangan strategis pascaserangan terhadap Saudi.
“Ada kekhawatiran bahwa banjir di Texas akan sementara mengurangi permintaan minyak mentah domestik,” ujar Andy Lipow, Presiden Lipow Oil Associates LLC di Houston.
“Cuaca ini juga bisa menunda ekspor minyak mentah,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.
Kekhawatiran mengenai ketegangan di Teluk Persia mereda setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Presiden Donald Trump menginginkan resolusi damai untuk serangan udara terhadap fasilitas Saudi.
Beberapa hari setelah produksi minyaknya sebesar lebih dari 5 juta barel per hari terdampak serangan udara pada Sabtu (14/9), Saudi mengeksplor pasar global untuk bahan bakar dan mengambil pasokan sekali pakai, menurut sumber terkait.
Pipa Marketlink yang membawa minyak dari Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk minyak futures yang diperdagangkan di New York, ke kilang di Texas tidak digunakan.
Di sisi lain, banjir dan pemadaman listrik juga memaksa kilang di sekitar Port Arthur dan Beaumont untuk mengurangi tingkat operasi, serta menutup dua terminal besar yang digunakan untuk mengekspor minyak mentah dan bahan bakar.
“Dengan harga minyak WTI mencapai sekitar 6 persen di atas level sebelum serangan itu, investor akan melihat jumlah rig pengeboran yang beroperasi untuk mengukur kebangkitan investasi setelah enam bulan melambat,” ujar Rob Haworth dari US Bank Wealth Management di Seattle.
"AS belum menghentikan pertumbuhan dalam produksi minyak tetapi pertumbuhan telah melambat. Kita mungkin mulai melihat sedikit peningkatan dalam jumlah rig karena kenaikan harga baru-baru ini,” tambahnya.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Oktober 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
19/9/2019 | 58,13 | +0,02 poin |
18/9/2019 | 58,11 | -1,23 poin |
17/9/2019 | 59,34 | -3,56 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak November 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
19/9/2019 | 64,40 | +0,80 poin |
18/9/2019 | 63,60 | -0,95 poin |
17/9/2019 | 64,55 | -4,47 poin |
Sumber: Bloomberg