Bisnis.com, JAKARTA – Setelah ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (18/9), harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dibuka naik pada hari ini, Kamis (19/9/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk kontrak Desember 2019 di Bursa Derivatif Malaysia dibuka menguat tipis 0,27 persen atau 6,00 poin ke posisi 2.266 ringgit per ton, Kamis (19/9/2019), setelah berakhir melemah 1,09 persen atau 25,00 poin ke posisi 2.260 ringgit per ton, Rabu (18/9).
Pelemahan harga sawit tersebut dipicu oleh turunnya harga minyak mentah global karena Arab Saudi mulai memulihkan produksinya. Selepas serangan pesawat tanpa awak ke fasilitas minyak mereka pada pekan lalu.
Sementara itu pada hari ini, Kamis (19/9/2019), harga minyak mentah terpantau di zona hijau. Hingga pukul 11:01 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate menguat 0,28 persen atau 0,16 poin ke posisi US$58,27 per barel. Adapun harga minyak mentah Brent menguat 0,17 persen atau 0,11 poin ke posisi US$63,71 per barel.
Untuk diketahui, harga minyak bumi yang lebih kuat membuat kelapa sawit lebih menarik untuk dicampur menjadi biofuel.
Selain itu, mata uang ringgit yang digunakan untuk bertransaksi sawit, ditutup melemah 0,28 persen atau 0,0117 poin ke posisi 4.1975 ringgit per dolar AS.
Pelemahan ringgit bisa menjadi sentimen positif bagi sawit, karena dengan melemahnya mata uang tersebut, membuat komoditas ini menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang asing.
Stok minyak sawit Indonesia sampai Juli 2019 mencapai 3,5 juta ton atau 2,7 kali melampaui kebutuhan bulanan dalam negeri yang berkisar di angka 1,29 juta ton.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan, kondisi tersebut didorong oleh produksi minyak sawit Indonesia pada Juli yang naik 8 persen dibandingkan dengan produksi Juni.
Produksi CPO sepanjang Juli tercatat mencapai 3,91 juta ton, naik dibanding produksi Juni di angka 3,62 juta ton. Pertumbuhan produksi ini diikuti pula dengan kenaikan produksi crude palm oil kernel dari 357.000 ton pada Juni menjadi 397.000 ton.
Wang Tao, analis pasar untuk komoditas Reuters mengatakan, harga CPO kemungkinan naik ke level 2.406 ringgit per ton, karena bisa melanjutkan tren naik dari level terendah 10 Juli di level 1.916 ringgit per ton.