Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Arab Saudi berupaya mengatasi gangguan minyak terburuk yang dialaminya. Sebagian fasilitas minyak Saudi yang rusak akibat serangan udara pada akhir pekan kemarin dinyatakan telah dimulai kembali dan kapasitas produksi akan kembali normal dalam beberapa bulan.
“Selama dua hari terakhir, kami berhasil mengatasi kerusakan dengan memulihkan lebih dari separuh produksi yang telah hilang selama serangan teroris itu,” ujar Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam sebuah briefing di Jeddah.
“Perusahaan (Saudi Aramco) akan dapat memenuhi semua komitmennya kepada pelanggan bulan ini dengan menarik cadangan minyak mentahnya,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Pada Sabtu (14/9/2019), fasilitas minyak milik raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, terbakar setelah diserang drone. Serangan drone tersebut berdampak pada dua pabrik Aramco, yakni di Abqaiq dan Khurais.
Saudi Aramco kehilangan sekitar 5,7 juta barel per hari dari produksinya pada Sabtu (14/9) setelah 10 pesawat tak berawak (drone) menghantam fasilitas Abqaiq dan ladang minyak terbesar kedua kerajaan di Khurais.
Perkembangan yang disampaikan oleh pihak kerajaan ini memberi kejelasan yang sangat dibutuhkan pasar setelah berhari-hari spekulasi tentang seberapa parah kerusakan di pabrik Abqaiq Saudi Aramco.
“Abqaiq kini memproses sekitar 2 juta barel per hari. (Produksi) fasilitas itu akan kembali ke level sebelum serangan terjadi yakni sekitar 4,9 juta barel pada akhir September,” ujar CEO Aramco Amin Nasser.
Tak lama pascaserangan tersebut, pejabat perusahaan mengindikasikan bahwa sebagian besar output akan dipulihkan dalam beberapa hari. Sementara itu, dibutuhkan beberapa pekan untuk kembali ke kapasitas penuh.
Namun, prospek tersebut menjadi lebih pesimistis setelah sejumlah foto yang dirilis menunjukkan skala kerusakan di fasilitas penting itu.
Para pelanggan diyakinkan bahwa ekspor minyak mentah Aramco tidak akan berkurang bulan ini karena cadangan strategis akan diturunkan.
Pihak kerajaan juga sementara itu mengurangi tingkat dimana kilang domestik memproses minyak sekitar 1 juta barel per hari, sehingga membuat lebih banyak minyak mentah tersedia untuk pengiriman ke luar negeri.
Angka yang disodorkan oleh Menteri Energi Saudi menunjukkan bahwa pihak kerajaan akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk sepenuhnya pulih dari insiden itu.
“Kapasitas produksi penuh sebesar 12 juta barel per hari hanya akan tersedia pada akhir November, dengan sekitar 11 juta dipulihkan pada akhir bulan ini,” terang Pangeran Abdulaziz.
Arab Saudi, lanjutnya, menargetkan untuk memompa produksi minyak sebesar 9,8 juta barel per hari pada Oktober, sejalan dengan beberapa bulan terakhir.