Bisnis.com, JAKARTA – Anak usaha dari Sinarmas Group, PT Dian Swastika Sentosa Tbk. menargetkan dapat tambahan pendapatan sebesar 14 persen dari dua proyek PLTU di Sulawesi dan Kalimantan.
Corporate Secretary Dian Swastika Sentosa, Susan Chandra mengatakan perseroan sedang fokus dalam penyelesaian dua proyek Independent Power Producer (IPP) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Yakni, IPP PLTU Kendari-3 dan IPP PLTU Kalteng-1.
Dian mengatakan kedua proyek tersebut ditargetkan bisa menambah pemasukan pada akhir tahun 2019. “IPP PLTU Kendari-3 dan IPP PLTU Kalteng-1 diharapkan akan dapat memberikan kontribusi sekitar 14 persen terhadap target pendapatan perseroan tahun 2019,” katanya kepada Bisnis pada Senin malam (16/9).
Dian menambahkan pada 2019, emiten berkode saham DSSA itu mematok pendapatan sebesar US$1,6 miliar sampai dengan US$1,7 miliar pada akhir 2019. Dengan begitu perseroan dapat mengantongi pendapatan sebesar US$224 juta sampai dengan US$238 juta.
Khusus untuk segmen kelistrikan, Dian mengungkapkan bila perseroan menargetkan bisnis tersebut bisa berkontribusi sekitar 23 persen dari target pendapatan perseroan 2019. Artinya, segmen pembangkit tenaga listrik dapat menyumbang sekitar US$368 juta -- US$391 juta.
Sementara itu, menilik dari hasil laporan keuangan 2018, segmen penyediaan tenaga listrik, konstruksi dan keuangan dapat berkontribusi lebih dengan menyumbang sekitar US$464,82 juta. Jumlah itu setara dengan 26,29 persen atas total pendapatan sebesar US$1,76 miliar pada tahun lalu.
Dian menambahkan saat ini unit-1 IPP PLTU Kendari-3 sudah beroperasi. Sementara untuk unit 2 sudah mendapatkan persyaratan untuk beroperasi. “Kami harapkan IPP PLTU Kendari-3 dapat beroperasi pada akhir tahun 2019 setelah transmisi PLN yang menghubungkan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan siap,” katanya.
Sebagai informasi, dua unit tersebut masing-masingnya berkapasitas 50 MW dengan perjanjian kerjasama dengan PT PLN selama 25 tahun.
Proyek kedua, IPP PLTU Kalteng-1 memiliki dua unit pembangkit dengan masing-masing kapasitas 100 MW dengan kontrak perjanjian kerjasama selama 25 tahun dengan PT PLN.
“Untuk IPP Kalteng juga sudah dalam proses akhir dan menunggu kesiapan transimis PLN dari Kasongan ke site kami. Kami berharap pada akhir tahun ini proyek tersebut sudah dapat melakukan uji coba dan beroperasi,” ungkapanya.
Menurutnya sampai dengan Juni kemarin, perseroan telah mengabisakan US$119 juta untuk kedua proyek tersebut.
Saat ini total kapasitas pembangkit listrik yang dimiliki perseroan mencapai 900 MW. Terdiri dari 7 pembangkit tenaga yang 4 diantaranya berada di Jawa lalu sisanya tersebar di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.
Sampai dengan paruh pertama, dari empat pembangkit listrik captive di Jawa perseroan mampu menjual listrik 732,971 MWh turun tipis 0,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 734,912 MWh. Begitu pun dengan segmen uap yang turun tipis 2,1 persen menjadi 6,90 juta GJ dari periode sebelumnya 7,00 GJ.
Akan tetapi ada peningkatan dari sisi nilai penjualan menjadi US$24,2 juta dari posisi sebelumnya US$24,1 juta
Sementara itu, dari keuangan konsolidasian, anak usaha Sinar Mas Group itu membukukan pendaparan sebesar US$832,10 miliar naik 1 persen dibandingkan dengan tahun lalu US$823,80 miliar. Pendapatan utamanya disumbang oleh bisnis batu bara sebesar 59,60 persen, lalu pembangkit tenaga 24,80 persen, penjualan bahan kimia 13,20 persen dan multimedia 2,40 persen.
Kendati pendapatan naik tipis, perseroan mampu mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 22,3 persen menjadi US persen47,80 juta dari posisi sebelumnya US$39,1 juta.
Pada perdagangan sesi pertama Selasa (17/9) 11.45 Wib, saham DSSA cenderung flat di level Rp19.800 per saham. Belum ada sama sekali pergerakan. Sementara selama tahun berjalan harga saham DSSA telah tumbuh 46,67 persen.