Kurs Jisdor Melemah ke Rp.14.020, Rupiah Tertekan Penghindaran Risiko

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.020 per dolar AS, melemah 70 poin atau 0,5 persen dari posisi Rp13.950 pada Jumat (13/9).

Aprianto Cahyo Nugroho - Bisnis.com

Senin, 16 September 2019 | 11:19

Uang dolar AS./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.020 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Senin (16/9/2019).

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.020 per dolar AS, melemah 70 poin atau 0,5 persen dari posisi Rp13.950 pada Jumat (13/9).

Adapun berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 73 poin atau 0,53 persen ke level Rp14.040 per dolar AS pada pukul 10.38 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah dibuka melemah 29 poin atau 0,21 persen ke level Rp13.996 per dolar AS, setelah pada akhir perdagangan Jumat (13/9) ditutup menguat 27 poin atau 0,19 persen ke level Rp13.967 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.990-Rp14.055 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melacak pergerakan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terpantau melemah 0,102 poin atau 0,1 persen ke level 98,155 pada pukul 10.35 WIB.

Indeks dolar sebelumnya dibuka melemah 0,137 poin atau 0,14 persen ke level 98,120, setelah pada akhir perdagangan Jumat pekan lalu ditutup melemah 0,052 poin atau 0,05 persen ke level 98,257.

Dilansir Bloomberg, rupiah melemah di tengah aksi penghindaran risiko setelah serangan terhadap fasilitas minyak terbesar Arab Saudi yang menyebabkan harga minyak mentah melonjak.

"Berita perdagangan AS-China mundur di belakang sentiment dari pasar minyak pekan ini," kata Khoon Goh, kepala penelitian Asia di ANZ, seperti dikutip Bloomberg.

"Dampak pada mata uang Asia akan tiga kali lipat, pertama melalui aksi penghindaran risiko, kedua melalui efek yang diantisipasi pada neraca perdagangan dari harga minyak yang lebih tinggi, dan ketiga dari dampak lonjakan harga minyak terhadap ekonomi global," lanjutnya.