Bisnis.com, JAKARTA – PT Estika Tata Tiara Tbk. gencar mencari sumber pendanaan baru untuk membiayai ekspansi pada tahun depan. Rencananya, perusahaan pengolahan daging itu akan menerbitkan obligasi sekitar Rp350 miliar pada kuartal I/2020.
Direktur Utama Estika Tata Tiara Yustinus Sadmoko memperkirakan penerbitan obligasi atau sukuk dapat terealisasi pada kuartal I/2020 atau awal kuartal II/2020. Dana yang diincar dari penerbitan surat utang itu sebesar Rp350 miliar.
Perseroan telah mengantongi restu dari pemegang saham untuk aksi korporasi ini melalui rapat umum pemegang saham luar biasa yang telah digelar pada 24 Mei 2019.
Yustinus mengatakan, dana hasil penerbitan surat utang akan digunakan untuk akuisisi sejumlah aset seperti tanah dan bangunan. Pemasok daging Pizza Hut dan Hokben ini, berencana memperbesar bisnis penggemukan sapi dan meningkatkan kapasitas produksi pabrik pengolahan.
Rencana penerbitan surat utang ini sekaligus untuk memanfaatkan tren penurunan suku bunga.
"Ada beberapa target meningkatkan kapasitas kami, terutama di penggemukan. Tapi kami masih menunggu revisi regulasi [rasio sapi indukan dan bakalan 1:5]. Jika masuk dengan size 20.000-30.000 [ekor sapi bakalan] dengan regulasi seperti itu, tentu tidak visible," katanya, Jumat (6/9/2019).
Baca Juga
Yustinus menjelaskan, saat ini dana hasil IPO pada 9 Januari 2019 sebesar Rp123,98 miliar telah terserap. Dana hasil IPO digunakan untuk pembelian sapi hidup baik lokal maupun impor, pembelian barang dagangan berupa daging yang sebagian besar dari impor dan lokal, dan investasi perluasan kandangan, bangunan fasilitas produksi baru di Subang, dan penambahan kapasitas produksi di Salatiga.
Selanjutnya, perseroan masih membutuhkan pendanaan untuk ekspansi berikutnya. Perseroan juga mempertimbangkan opsi pendanaan lain melalui penerbitan saham baru dengan skema right issue.
Dana yang diincar dari penerbitan saham baru sekitar Rp50 miliar. Sehingga, perseroan berharap dapat mengantongi dana segar sekitar Rp350 miliar - Rp400 miliar dari penerbitan obligasi atau sukuk, serta right issue.
"[Right Issue] masih dipertimbangkan," imbuhnya.
Yustinus optimistis, pihaknya dapat mencapai target penjualan sekitar Rp1,2 triliun - Rp1,4 triliun, serta laba bersih Rp60 miliar - Rp80 miliar sampai akhir tahun.
Perseroan juga sedang mengejar target pusat distribusi di 100 titik dalam 5 tahun mendatang. Hingga semester I/2019, perseroan mengantongi penjualan senilai Rp580,03 miliar atau naik 29,45% secara tahunan, sedangkan laba bersih tumbuh 219,24% menjadi Rp32,02 miliar.
BEEF juga menanti manfaat dari implementasi Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Pasalnya, perseroan memperkirakan biaya produksi dapat turun sekitar 3%-3,5% seiring dengan disepakatinya Indonesia -Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
"Kami berharap bisa cepat," imbuhnya.