Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kabar Positif dari China Bangkitkan Harga Minyak

Harga minyak naik pada Rabu (4/9/2019), didorong oleh kenaikan pasar yang lebih luas terkait berita positif dari sektor jasa China, setelah tiga hari merugi karena kekhawatiran tentang pelemahan ekonomi global.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak naik pada Rabu (4/9/2019), didorong oleh kenaikan pasar yang lebih luas terkait berita positif dari sektor jasa China, setelah tiga hari merugi karena kekhawatiran tentang pelemahan ekonomi global.

Seperti dikutip dari Reuters, harga minyak mentah brent, naik 46 poin atau 0,79%, menjadi US$58,72 per barel, pukul 18:00 WIB, sementara minyak berjangka West Texas Intermediate naik 58 poin atau 1,08%, menjadi US$54,52 per barel.

Data AS yang dirilis pada Rabu (4/9) waktu setempat menunjukkan, aktivitas manufaktur terkontraksi pada  Agustus untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, sementara aktivitas zona euro menyusut untuk bulan ketujuh.

Namun, pasar global bangkit setelah survei swasta menunjukkan bahwa aktivitas di sektor jasa China berkembang pada laju tercepat dalam tiga bulan pada Agustus karena pesanan baru naik.

China adalah konsumen minyak terbesar kedua dan importir terbesar di dunia.

Tetapi Presiden AS Donald Trump pada Selasa (3/9) memperingatkan bahwa dia akan lebih keras terhadap  Beijing dalam masa jabatan kedua jika pembicaraan perdagangan berlarut-larut. Hal ini menambah kekhawatiran pasar bahwa perselisihan perdagangan antara kedua negara dapat memicu resesi AS. 

Stephen Brennock dari broker minyak PVM mengatakan, situasi bullish yang terlihat pada awal tahun tidak akan terlihat lagi.  “Memelopori prospek redup ini [adalah] lemahnya aktivitas ekonomi global dan intensifnya ketegangan perdagangan. Ekonomi dunia sedang melambat dan tidak ada kemunduran dalam aktivitas ini yang lebih terlihat daripada di sektor manufaktur,"katanya.

Citi memangkas perkiraan Brent untuk kuartal ketiga dan keempat masing-masing sekitar US$10 per barel menjadi US$62 dan US$64 per barel. Mereka memperkirakan, harga patokan itu turun menjadi US$53 pada akhir 2020. 

Brent berada sekitar 23% lebih rendah dari puncaknya untuk tahun ini pada April .

"Apakah itu sedikit kemajuan dalam pembicaraan perdagangan AS-China atau data survei seperti survei manufaktur AS kemarin yang jatuh di wilayah kontraksi, aliran berita ekonomi tidak membantu mengangkat semangat pasar," kata Harry Tchilinguirian, ahli strategi minyak global di BNP Paribas di London.

Data yang akan dirilis minggu ini di level inventaris minyak AS akan ditunda sehari hingga Rabu dan Kamis karena libur Hari Buruh AS pada Senin.

Stok minyak mentah AS diperkirakan telah menurun untuk minggu ketiga berturut-turut, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan pada Selasa (3/9).

Sebagai tanda kemungkinan berkurangnya ketegangan selama berbulan-bulan di Teluk yang kaya energi, televisi pemerintah Iran melaporkan pada Rabu (4/9) bahwa Teheran akan membebaskan tujuh anggota awak kapal tanker berbendera Inggris yang ditahan Stena Impero.

Kapal itu ditangkap dua minggu setelah Inggris menahan sebuah kapal tanker Iran dari wilayah Gibraltar yang dirilis pada Agustus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper