Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu RUU Ekstradisi Buat Bursa Hong Kong Melonjak, Saham Global Naik

Bursa Asia kompak menguat bersama bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat (AS) pada perdagangan siang ini, Rabu (4/9/2019), didongkrak harapan kembalinya stabilitas politik di Hong Kong.
Pengunjuk rasa anti pemerintah meminta maaf atas kerusuhan yang terjadi di bandara Hong Kong, China, Rabu (14/8/2019)./Reuters-Thomas Peter
Pengunjuk rasa anti pemerintah meminta maaf atas kerusuhan yang terjadi di bandara Hong Kong, China, Rabu (14/8/2019)./Reuters-Thomas Peter

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia kompak menguat bersama bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat (AS) pada perdagangan siang ini, Rabu (4/9/2019), didongkrak harapan kembalinya stabilitas politik di Hong Kong.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 menguat 0,6 persen pada pukul 08.07 pagi waktu London (pukul 14.07 WIB) dan indeks MSCI Emerging Market menanjak 1,1 persen.

Pada saat yang sama, indeks futures S&P 500 menguat 0,8 persen, indeks FTSE 100 Inggris naik 0,2 persen, dan indeks MSCI All-Country World naik 0,3 persen.

Dilansir dari Bloomberg, saham bank dan peritel mendorong kenaikan pada indeks Stoxx Europe 600 seiring dengan menguatnya seluruh 19 kelompok industri.

Sementara itu, bursa saham di Hong Kong mencatat lonjakan tertinggi sejak 2018 sekaligus membantu mendorong pasar di kawasan Asia ke posisi lebih tinggi, menyusul laporan bahwa Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carriel Lam akan mencabut rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi.

RUU ekstradisi, yang memungkinkan ekstradisi pelaku kejahatan dari wilayah itu ke China daratan, telah memicu pertentangan yang berujung pada aksi unjuk rasa besar-besaran dan kerusuhan dalam sekitar tiga bulan terakhir.

Lam dikabarkan akan mengumumkan pembatalan resmi RUU itu pada hari ini waktu setempat. Seorang sumber dari pemerintah Hong Kong mengkonfirmasi rencana tersebut kepada Reuters, namun kantor pemerintah setempat belum memberikan komentar terkait rencana ini.

Indeks MSCI Hong Kong melonjak 4,6 persen dan indeks Hang Seng pun naik tajam 3,5 persen. Penguatannya didorong saham Wharf Real Estate Investment Co. dan New World Development Co. yang melonjak sedikitnya 8 persen. Sementara itu, dolar Hong Kong terapresiasi 0,08 persen.

Pencabutan RUU tersebut secara resmi menjadi salah satu tuntutan utama para pengunjuk rasa pro-demokrasi yang telah berdemonstrasi menentang kekuasaan pemerintah selama ini dan membebani pasar secara global.

Kembalinya stabilitas di Hong Kong dapat membantu mengangkat optimisme investor setelah terbebani rilis laporan yang mengindikasikan kontraksi dalam manufaktur AS bulan Agustus pada Selasa (3/9) dan serangkaian data manufaktur lesu dari negara-negara lain.

Data tersebut menyebabkan pedagang meningkatkan spekulasi langkah pemangkasan suku bunga yang lebih dalam oleh bank sentral AS Federal Reserve tahun ini.

"Pencabutan itu adalah tanda titik balik dalam krisis selama 13 pekan,” ujar Justin Tang, kepala riset Asia di United First Partners. "Investor saham ritel dan properti mensinyalkan optimisme mereka dan mengalirkan kembali uang mereka.”

Seiring dengan pulihnya sentimen untuk aset berisiko, nilai tukar yen Jepang, yang bersifat sebagai safe haven di tengah keresahan politik, tergelincir melemah.

Di sisi lain, nilai tukar pound sterling menguat bersama dengan saham-saham di Inggris setelah para anggota parlemen mengambil langkah penting pertama untuk memblokir Brexit tanpa kesepakatan (no-deal Brexit).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper