Bisnis.com, JAKARTA — PT Adaro Energy Tbk. membukukan pertumbuhan laba bersih 51,93 persen secara tahunan pada semester I/2019.
Saat sejumlah emiten produsen batu bara lainnya membukukan penurunan kinerja keuangan, Adaro Energy mampu mengantong laba bersih US$296,85 juta pada semester I/2019. Realisasi itu naik 51,93 persen dari US$195,38 juta periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi pendapatan, emiten berkode saham ADRO itu membukukan pertumbuhan 10,24 persen secara tahunan menjadi US$1,77 miliar pada semester I/2019. Sebaliknya, beban pokok pendapatan perseroan hanya naik 8,28 persen secara tahunan menjadi US$1,21 miliar per 30 Juni 2019.
Perseroan memaparkan pendapatan usaha ditopang oleh pertumbuhan produksi dan volume penjualan. Tercatat produksi naik 18 persen dan penjualan naik 21 persen secara tahunan pada semester I/2019.
Akan tetapi, kenaikan volume itu juga berimbas terhadap kenaikan beban pokok pendapatan. Total biaya bahan bakar minyal (BBM) misalnya naik 10 persen seiring dengan meningkatnya konsumsi untuk mengerek jumlah produksi dan pengupasan lapisan penutup.
Dengan demikian, ADRO mampu membukukan laba kotor US$564,38 juta pada semester I/2019. Posisi itu tumbuh 14,71 persen dibandingkan dengan US$492,00 juta periode yang sama tahun lalu.
Manajemen ADRO melaporkan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) operasional US$691 juta per 30 Juni 2019. Posisi itu naik 17 persen dari US$593 juta pada semester I/2018.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Garibaldi Thohir menyatakan senang dengan hasil realisasi kinerja keuangan semester I/2019. Apalagi, capaian itu di tengah tantangan makro dan ketidakpastian pasar global.
Boy, sapaan akrabnya, mengatakan disiplin biaya terus terus diterapkan. Langkah itu untuk mempertahankan marjin yang sehat.
“Walaupun harus waspada terhadap perkembangan industri pada tahun ini, kami masih optimistis terhadap fundamental pasar batu bara jangka panjang. Model bisnis kami terbukti tangguh dalam menghadapi siklikalitas industri ini dan memungkinkan perusahaan untuk mengelola pasar di jangka pendek,” jelasnya dalam siaran pers yang dikutip, Jumat (23/8/2019).
Dia menambahkan tetap berkomitmen dalam penciptaan nilai yang berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan. Hal itu juga termasuk kontribusi dalam bentuk royalti dan pajak kepada pemerintah Indonesia.