Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (22/8/2019). Sebaliknya, nilai tukar rupiah mampu melanjutkan penguatannya.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG berakhir melemah 0,22 persen atau 13,72 poin di level 6.239,24 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (21/8), IHSG berakhir di level 6.252,97 dengan pelemahan 0,68 persen atau 42,77 poin.
Sebelum melanjutkan pelemahannya, indeks sempat beringsut ke zona hijau ketika dibuka naik 0,07 persen atau 4,59 poin di level 6.257,56 pagi tadi.
Koreksi yang dibukukan pada akhir perdagangan membawa indeks ke level penutupan terendahnya sejak 13 Agustus. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.210,54 – 6.265,96.
Enam dari sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin properti (-1,65 persen) dan tambang (-1,09 persen). Tiga sektor lainnya mampu ditutup di zona hijau, dipimpin pertanian yang naik 1,61 persen sekaligus membatasi besarnya koreksi IHSG.
Dari 651 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 153 saham menguat, 253 saham melemah, dan 245 saham stagnan.
Baca Juga
Saham PT Pollux Properti Indonesia Tbk. (POLL) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing turun 24,89 persen dan 2,04 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.
Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, pelemahan IHSG berlanjut di tengah masih minimnya katalis penggerak dan tekanan domestik yang lebih besar.
“Potensi tekanan akan datang dari domestik dengan net sell asing yang masih kuat, hingga Rp 1 triliun pada pekan ini (Senin-Rabu),” ungkap tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, dilansir dari situs web resminya.
Aksi jual bersih oleh investor asing berlanjut pada perdagangan hari kesembilan berturut-turut. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp334,47 miliar pada perdagangan Kamis (22/8).
Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berakhir hari ini mengambil langkah kejutan dengan memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin ke level 5,50 persen di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Keputusan penurunan suku bunga acuan ini di luar dugaan mayoritas ekonomi yang memperkirakan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan di tengah terjaganya laju inflasi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi di bawah titik tengah, tetap menariknya imbal hasil aset keuangan domestik sehingga mendukung stabilitas eksternal, serta langkah preemptive untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dampak perlambatan ekonomi global.
Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah mampu lanjut menguat 5 poin atau 0,04 persen dan berakhir di level Rp14.239 per dolar AS. Pada perdagangan Rabu (21/8/2019), rupiah ditutup terapresiasi 24 poin atau 0,17 persen di posisi 14.244.
Menurut kepala riset Asia dari ANZ, Khoon Goh, meskipun langkah penurunan suku bunga BI hari ini bertentangan dengan ekspektasi mayoritas analis, rupiah telah meresponsnya dengan baik.
“Dengan sebagian besar bank sentral dunia juga mengambil sikap pelonggaran, ini telah memberi BI ruang untuk memangkas suku bunga tanpa menyebabkan terlalu banyak volatilitas di dalam pasar keuangan dalam negeri,” terang Goh, dilansir dari Bloomberg.
“Mengingat masih adanya ruang bagi BI untuk melakukan pelonggaran lebih jauh, kemungkinan ini akan membantu menarik aliran masuk portofolio asing, yang pada gilirannya akan membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” lanjutnya.
Seiring dengan melemahnya IHSG, indeks saham lain di Asia terpantau berakhir variatif. Indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang ditutup naik tipis 0,05 persen dan 0,04 persen masing-masing. Namun indeks Kospi Korea Selatan ditutup melemah 0,69 persen.
Di China, indeks saham Shanghai Composite dan CSI 300 naik 0,11 persen dan 0,31 persen. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,84 persen.
Dilansir dari Bloomberg, fokus para pedagang kini tertuju pada pidato Gubernur The Fed Jerome Powell dalam simposium tahunan di Jackson Hole pada Jumat (23/8/2019), sambil mencermati beragam pandangan dari pejabat The Fed yang ditunjukkan dalam risalah rapat 30-31 Juli.
Pada pertemuan Juli, The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga acuannya untuk pertama kali sejak 2008. Oleh Powell, langkah ini disebut sebagai strategi yang dirancang untuk mengantisipasi risiko penurunan.
Para pembuat kebijakan menyoroti risiko terhadap prospek meskipun ekonomi AS, untuk saat ini, berkinerja baik. Mereka melihat langkah pemangkasan suku bunga pada Juli sebagai perlindungan atas tekanan yang diakibatkan perang perdagangan dan inflasi rendah.
Pandangan para pejabat The Fed terkait penurunan suku bunga acuan bank sentral pada bulan lalu menguatkan potensi pemangkasan berikutnya pada September.
Di sisi lain, rilis risalah rapat itu juga menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan telah memperdebatkan penurunan suku bunga yang lebih agresif.
Beberapa pembuat kebijakan lebih menyukai pemangkasan sebesar 50 basis poin. Namun The Fed sepakat untuk menghindari kesan berada di arah menuju penurunan suku bunga lebih lanjut.
Sementara itu, Presiden Donald Trump terus melancarkan kritiknya terhadap The Fed, dengan mengklaim bahwa masalah yang AS miliki adalah The Fed dan Gubernurnya, Jerome Powell. Terkait perdagangan, Trump memperkirakan AS "mungkin" akan membuat kesepakatan.
"Apa yang saya pikir akan kita dengar dari Jackson Hole adalah perubahan menuju The Fed yang mendapatkan lebih banyak fleksibilitas dan opsionalitas,” ujar Jack McIntyre, fixed income portfolio manager di Brandywine Global Investment Management LLC, kepada Bloomberg TV.
“Yang saya maksudkan adalah mungkin [The Fed] mengirimkan pesan kepada pasar bahwa mereka terbuka pada kemungkinan siklus pemangkasan suku bunga yang lebih berkelanjutan,” jelasnya.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
POLL | -24,89 |
HMSP | -2,04 |
INTP | -2,41 |
PGAS | -3,48 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
TLKM | +0,91 |
UNVR | +0,95 |
BBCA | +0,42 |
BBRI | +0,49 |
Sumber: Bloomberg