Bisnis.com, JAKARTA--PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menambah 288 menara baru sepanjang semester I/2019 dan 948 kolokasi.
Dikutip dari keterangan resminya, Rabu (21/8/2019), CEO Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong mengatakan pihaknya menambah jumlah menara baru secara organik pada 6 bulan pertama 2019. Namun, realisasi ekspansi organik itu lebih lambat dibandingkan dengan penambahan 356 situs dan 861 kolokasi pada semester I/2018.
Perseroan berharap jumlah situs dan kolokasi bakal terus meningkat sejalan dengan kenaikan belanja operator telekomunikasi untuk memperluas dan memperkuat jaringan 4G.
Kondisi itu, lanjutnya, akan mengubah keadaan yang terjadi pada semester I/2018 yakni ketika perseroan mendapat angka penyewaan bersih yang lebih rendah meskipun jumlah penyewaan bertambah.
Hal itu terjadi karena para penyewa tidak memperbarui penyewaannya sehingga tak berdampak langsung terhadap penambahan penyewaan bersih. Dia pun optimistis bakal menggenapkan penambahan penyewaan menjadi 3.000 pada 2019.
Per 30 Juni 2019, TBIG memiliki 26.713 penyewaan dan 15.344 situs telekomunikasi. Situs telekomunikasi tersebut terdiri dari 15.272 menara telekomunikasi dan 72 jaringan DAS.
Baca Juga
Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 26.641, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,74 kali atau naik dari 1,71 kali secara kuartalan.
“Berdasarkan buku pesanan kami, kami mempertahankan panduan kami untuk penambahan 3.000 penyewaan untuk tahun ini,” ujarnya.
Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengatakan kinerja keuangan perseroan cukup solid sehingga mampu melanjutkan pertumbuhan organik dan anorganik sambil menunaikan kewajiban kepada pemberi pinjaman.
Pendapatan Tumbuh
Tercatat, TBIG meraup pendapatan Rp2,27 triliun atau tumbuh 22,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, perseroan mendapat laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sebesar Rp1,94 triliun atau tumbuh 8,25% dibandingkan dengan periode yang sama 2018.
Dari sisi pinjaman, perseroan memiliki pinjaman bermata uang dolar AS yang telah menggunakan kurs lindung nilai sebesar Rp20,74 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp12,80 triliun.
Adapun, dari sisi saldo kas, perseroan memiliki Rp296 miliar sehingga total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp20,44 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp12,51 triliun.
“Kami masih terus memiliki ruang untuk menggunakan pinjaman tambahan berdasarkan covenant yang disyaratkan oleh fasilitas bank dan surat utang kami, yang memungkinkan kami untuk tumbuh secara organik dan anorganik, sambil melunasi kewajiban yang timbul atas pinjaman kami,” katanya.
Sebelumnya, dia menuturkan perusahaan bakal membelanjakan modal Rp3 triliun hingga Rp4 triliun. Pada Juni 2019, perseroan mendapatkan tambahan pinjaman dari sebelumnya 5,67 miliar yen menjadi 11,1 miliar yen.
Pada tahun ini, perseroan telah menetapkan target belanja modal untuk menambah 3.000 menara dan lebih dari 20.000 km jaringan serat optik.
“Capex untuk 2019 kami perkirakan Rp3 triliun sampai Rp4 triliun untuk penambahan antara lain 3.000 tower leases dan lebih dari 20.000 km jaringan fiber optics,” katanya.