Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas berpeluang untuk bergerak naik pada perdagangan Kamis (15/8/2019) seiring dengan imbal hasil obligasi AS untuk tenor 30 tahun turun mencapai titik terendahnya sepanjang masa sehingga meningkatkan risiko potensi resesi.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.42 WIB, harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,24% menjadi US$1.512,75 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak melemah 0,1% di level US$1.526,3 per troy ounce.
Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan dalam publikasi risetnya bahwa turunnya imbal hasil obligasi AS memicu kekhawatiran pasar atas potensi resesi sehingga melemahkan dolar AS dan membuat pasar lebih tertarik untuk mengumbulkan aset investasi aman, termasuk emas.
“Untuk sisi atasnya, level resisten terdekat emas terlihat di level US$1.521per troy ounce, menembus ke atas dari level tersebut berpeluang memicu kenaikan lanjutan menuju US$1.526 per troy ounce sebelum membidik ke resisten kuat di US$1.532 per troy ounce,” ujar Faisyal seperti dikutip dari publikasi risetnya, Kamis (15/8/2019).
Sebaliknya, jika emas terus bergerak turun, level support terdekat terlihat di US$1.513 per troy ounce dan menembus ke bawah dari level tersebut berpotensi memicu penurunan lanjutan menuju US$1.508 per troy ounce sebelum menargetkan support kuat di US$1.502 per troy ounce.
Selain itu, Faisyal mengatakan bahwa pasar akan menanti rilis data ekonomi AS seperti penjualan ritel, indeks manufaktur untuk wilayah Philadelphia, dan produksi industri yang akan dirilis nanti malam untuk menjadi sinyal penguatan lebih lanjut bagi pergerakan harga emas.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa kerusuhan politik di Hong Kong yang masih berlangsung hingga kini berkontribusi pada kenaikan emas karena menjauhkan minat investor untuk mengumpulkan aset berisiko.
“Setelah berbulan-bulan protes terhadap RUU ekstradisi yang diusulkan, beberapa perusahaan China telah mempertimbangkan ulang untuk melakukan IPO di Hong Kong,” ujar Ibrahim.
Tidak hanya itu, permintaan China untuk perhiasan, emas batangan, dan koin telah meningkat tiga kali lipat dalam dua dekade terakhir sehingga Negeri Tirai Bambu ini dengan cepat menjadi lebih kaya sehingga menjadi katalis positif bagi emas.
Oleh karena itu, Ibrahim memprediksi emas dapat diperdagangkan di sekitar level US$1.491 per troy ounce hingga US$1.541 per troy ounce.