Bisnis.com, JAKARTA – Para petani di dua negara penghasil kakao terbesar di dunia, Pantai Gading dan Ghana optimistis panen berikutnya berjalan dengan baik, setelah hujan lebat dalam beberapa pekan terakhir mendukung pertumbuhan tanaman.
Hal tersebut merupakan waktu yang penting bagi petani untuk menyambut panen 2 tahunan yang lebih besar. Pantai Gading dan Ghana merupakan dua negara yang menyumbang lebih dari 60% produksi kakao global.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (13/8/2019), panen berlangsung pada Oktober 2019 hingga Maret 2020 di Pantai Gading.
Drew Lerner, Presiden World Weather Inc., mengatakan kondisi cuaca telah menguntungkan bagi tanaman kakao dan kemungkinan besar akan tetap seperti itu ke depannya.
“Sementara hujan mereda untuk saat ini, musim hujan akan kembali bulan depan hingga panen dimulai, dan kemudian kembali semakin kering lagi utnuk mendukung panen,” katanya.
Menurut Lerner kondisi tersebut kemungkinan akan menguntungkan bagi tumbuh kembang tanaman kakao. Sebab hujan tiba di saat tanaman tersebut membutuhkan air.
Baca Juga
“Hasil panen bagus dan petani optimistis tentang musim panen yang baru,” katanya.
Meskipun demikian, Giacomo Masato, ahli meteorologi di Marex Spectron Ltd. mengatakan ada ancaman bahwa cuaca yang lebih kering pada Agustus memiliki dapak negatif bagi tanaman. Ancaman sebelumnya dari El Nino memang telah mereda, sehingga ada prospek suhu permukaan laut yang lebih dingin di atas Teluk Guinea.
“Hal itu bisa menghasilkan kondisi cuaca yang lebih kering,” katanya.
Kondisi yang menguntungkan pada Juli dan awal Agustus justru telah mendorong harga kakao berjangka lebih rendah, dengan perkiraan pasokan komoditas tersebut cukup di pasaran. Analis Citigroup Inc. baru-baru ini menurunkan proyeksi harga kakao dengan alasan membaiknya cuaca di Pantai Gading dan Ghana.
Harga Minimum
Di sisi lain, langkah Pantai Gading dan Ghana menerapkan harga minimum kakao global. Edward George, seorang ahli kakao independen mengatakan, Pantai Gading dan rencana baru Ghana untuk memperkenalkan harga minimal kakao.
“Upaya tersebut kemungkinan akan menghasilkan peningkatan penanaman kakao, sehingga meningkatkan pasokan,” katanya.
Di Pantai Gading, sejumlah petani optimistis terhadap prospek pertanian mendatang. Moussa Tiendre, petani di kota Grabo mengatakan, sejumlah tanaman kakao terlihat bagus dengan banyak polong di pohon.
Menurut perkiraan rata-rata dari tiga trader yang disurvei oleh Bloomberg, Pantai Gading berpotensi mencetak rekor 2,3 juta ton kakao pada musim ini yang berakhir pada September 2019.
Menurut Charlie Sargeant, seorang broker di Volcap Trading Partners Ltd., untuk musim 2019-2020, panen kemungkinan akan menurun sekitar 10% dari level puncak tahun ini, tetapi masih tetap tinggi secara historis, sekitar 2 juta ton.
"Ini sangat tergantung pada hujan, jelas sedikit kekeringan tidak akan membantu," katanya.
Sementara itu, produsen terbesar kedua setelah Pantai Gading, Ghana mengalami masa sulit pada musim 2018-2019 karena wabah penyakit yang parah menghancurkan buah tanaman kakao.
Virus, yang bisa merusak biji kakao dan mengurangi hasil panen, memaksa regulator kakao untuk dua kali mengurangi perkiraan panen tahunan menjadi 800.000 ton.
Untuk musim mendatang, Dewan Kakao Ghana menargetkan panen 950.000 ton, sedangkan Volcap's Sargeant memperkirakan bisa mencapai sekitar 960.000 ton.
Diana Gomes, analis Bloomberg Intelligence, mengatakan tanah di Ghana sepertinya memiliki kelembapan yang cukup. Akan tetapi peningkatan cuaca kering selama bulan ini akan bisa mempengaruhi panen di Pantai Gading.
“Panen kakao di Nigeria juga bisa terancam karena hujan lebat,” katanya.
Kekurangan kakao kemungkinan terjadi pada musim 2019-2020, di tengah risiko pasokan karena cuaca yang tidak menguntungkan di beberapa wilayah utama di Afrika Barat, wilayah yang menghasilkan 70% kakao dunia.
Sementara itu, permintaan global untuk cokelat masih kuat. “Khususnya di pasar negara berkembang, meskipun mengalami perlambatan dari tingkat yang tinggi. ”