Bisnis.com, JAKARTA — PT Eka Sari Lorena Transport Tbk. (LRNA) akan menambah armada pada semester II/2019. Strategi tersebut guna memaksimalkan bisnis angkutan bandar udara milik perseroan.
Direktur Eka Sari Lorena Transport Dwi Rianta Soerbakti menjelaskan bahwa pada tahun ini, perseroan menggelontorkan anggaran belanja modal senilai Rp10 miliar hingga Rp12 miliar. Sebagian dari dana tersebut digunakan untuk menambah armada angkutan bandara.
“Semester II/2019 akan menambah 24 unit armada untuk angkutan bandara,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (12/8/2019).
Ekspansi perseroan dalam trayek-trayek pendek menjadi fokus utama sejak 2015. Strategi tersebut ditempuh perseroan guna menghasilkan kinerja yang lebih baik dan menunjang pendapatan di luar bisnis pengangkutan trayek jarak jauh.
Adapun, program angkutan umum dengan trayek pendek yang dimasuki perseroan di antaranya adalah Transjabodetabek, Jakarta Residence Connexion, dan Jakarta Airport Connexion.
“Program konsolidasi selama 3 tahun sejak 2015 hingga 2018 sudah mulai menampakan hasil,” ungkapnya.
Program tersebut menjadi salah satu kontributor yang menekan kerugian yang dialami perseroan pada tahun sebelumnya. Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada semester I/2019, emiten berkode saham LRNA tersebut telah mampu mencetak laba.
LRNA mencatatkan pertumbuhan pendapatan 25,75 persen menjadi Rp60,75 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp48,31 miliar. Sementara itu, perseroan berhasil mencetak laba senilai Rp386,9 juta dari rugi Rp18,86 miliar.
Beberapa waktu ke belakang, perseroan memangkas beberapa trayek-trayek jarak jauh yang dinilai tidak produktif. Alhasil, beban pokok penjualan perseroan dapat ditekan sebesar 6,71 persen pada semester I/2019 menjadi Rp44,17 miliar dari tahun sebelumnya Rp47,35 miliar.
“Kontributor kinerja perseroan pada semester I/2019 adalah efisiensi total atau strategi menekan biaya, diversifikasi layanan, dan meningkatkan OTP [on time performance],” ungkapnya.
Untuk semester II/2019, Dwi menuturkan bahwa perseroan masih melihat adanya tantangan, di antaranya adalah tertundanya penyelesaian jalan Tol Sumatra yang molor. Padahal, kehadiran jalan tol tersebut sangat diharapkan perseroan guna menunjang bisnis antarkota—antarprovinsi.
Kendati demikian, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, untuk target pendapatan tahunan perseroan menargetkan 20 persen—25 persen.
“Untuk laba target kami bisa positif dulu,” pungkasnya.