Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan Perang Dagang Meningkat, China Biarkan Yuan Jatuh Lampaui Level 7 per Dolar

Mata uang yuan jatuh melampaui level 7 yuan per dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2008 di tengah spekulasi bahwa pemerintah tidak menahan depresiasi lebih lanjut untuk melawan ancaman tarif terbaru Presiden Donald Trump.
Yuan/Bloomberg
Yuan/Bloomberg

Bisnis.comm, JAKARTA – Mata uang yuan jatuh melampaui level 7 yuan per dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2008 di tengah spekulasi bahwa pemerintah tidak menahan depresiasi lebih lanjut untuk melawan ancaman tarif terbaru Presiden Donald Trump.

Nilai tukar yuan anjlok 1,2 persen menjadi 7,0256 yuan per dolar AS pada pukul 09:19 WIB setelah Bank Sentral China, People’s Bank of China (PBoC) menetapkan nilai referensi harian lebih rendah dari 6,9 untuk pertama kalinya sejak Desember.

Yuan Offshore sempat merosot hingga 1,9 persen ke rekor terendahnya, sementara Shanghai Composite Index turun 0,3 persen. Yuan China melemah melewati 7 yuan per dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2008.

Pekan lalu, yuan juga melemah 0,9 persen, pelemahan terbesar sejak pertengahan Mei, setelah Presiden Donald Trump tiba-tiba meningkatkan tensi perang perdagangan dengan ancaman tarif baru pada barang-barang impor China.

Beijing berjanji untuk merespons jika AS meneruskan rencana tersebut, yang akan mengenakan tarif 10 persen pada barang impor China senilai US$300 miliar.

"Tampaknya ancaman tariff menunjukkan kembalinya gerakan tit-for-tat dan penangguhan pembicaraan perdagangan, dan PBOC melihat tidak perlu menjaga yuan pada level stabil dalam waktu dekat," kata Ken Cheung, analis valas senior di Mizuho Bank Ltd, seperti dikutip Bloomberg.

Pelemahan yuan memperburuk pelemahan di pasar keuangan Asia. MSCI Asia Pacific Index turun 1,6 persen, sedangkan MSCI Hong Kong Index turun untuk hari kesembilan berturut-turut karena demonstran menggelar aksi mogok masal.

"Saat ini level yuan baik onshore maupun offshore melampaui 7, ini mungkin dianggap sebagai bagian dari respons terhadap tarif impor baru," kata Christy Tan, kepala analis pasar di National Australia Bank Ltd.

"Pihak berwenang hanya dapat melangkah untuk mengelola jika mendapat gangguan, seperti lonjakan volatilitas yang berkelanjutan," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper