Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak sawit berjangka diperkirakan menuju level 2.200 ringgit per ton pada September 2019.
Analis Dorab Mistry mengatakan proyeksi itu mengacu pada produksi tanaman yang melambat, sebelum jatuh ke 2.000 ringgit ketika stok naik.
“Saya percaya kenaikan harga kelapa sawit saat ini memiliki lebih banyak ruang dan dapat mencapai 2.200 ringgit pada September 2019. Hal itu akan membuat olein menjadi US$550-US$560,” paparnya dalam sebuah presentasi konferensi seperti dilansir dari Reuters, Kamis (1/8/2019).
Menurut Mistry, masa pemulihan dalam produksi akan terjadi setelah September 2019. Namun, ketika stok naik, harga kelapa sawit dapat kembali ke 2.000 ringgit. Hal itu didasarkan pada harga minyak mentah Brent yang diperdagangkan antara US$60-US$80 per barel.
Harga minyak kelapa sawit patokan telah merosot hampir persen sepanjang tahun ini, menuju level terendah 4 tahun di level 1.916 ringgit pada awal bulan ini.
Mistry, yang juga direktur perusahaan barang-barang konsumen India Godrej International, merevisi perkiraan untuk produksi minyak sawit Asia Tenggara menjelang musim produksi September 2019. Menurut presentasi untuk konferensi industri di Mumbai yang dilihat oleh Reuters, dia mematok output Malaysia sebesar 20,3 juta ton tahun ini dan produksi Indonesia sebanyak 45 juta ton.
Baca Juga
Proyeksi tersebut naik dari perkiraan sebelumnya pada April 2019, ketika Mistry memperkirakan produksi Malaysia sebanyak 20 juta ton dan Indonesia sebesar 44 juta ton pada tahun ini.
“Dari sekitar Juli-Agustus 2018, di Malaysia, kami memiliki siklus produksi tinggi untuk produksi kelapa sawit. Siklus tinggi ini berakhir sekitar Maret 2019. Setelah itu, pohon akan membutuhkan waktu istirahat sekitar 6bulan,” tuturnya.
Pertumbuhan produksi global tahun ini juga diperkirakan akan meningkat setidaknya 3,5 juta ton, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3 juta ton.
Mistry juga memperkirakan impor minyak nabati India untuk tahun pemasaran 2018/2019 mulai 1 November, naik menjadi 15,3 juta ton. Angka itu naik dari 15 juta ton pada tahun lalu, tetapi sedikit turun dari perkiraan sebelumnya yang sebanyak 15,5 juta ton.