Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Terselamatkan Data Penurunan Stok di AS

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 15:15 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,57% atau 0,32 poin ke posisi US$56,20 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent memanas 0,49% atau 0,31 poin ke posisi US$63,49 per barel.
Ilustrasi kilang lepas pantai./Bloomberg-Tim Rue
Ilustrasi kilang lepas pantai./Bloomberg-Tim Rue

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak masih bertahan di zona hijau pada Kamis (25/7/2019), diselamatkan oleh sentimen merosotnya stok minyak mentah Amerika Serikat. Namun, harga minyak berjangka global masih dibayangi oleh seretnya permintaan karena perlambatan ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 15:15 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,57% atau 0,32 poin ke posisi US$56,20 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent memanas 0,49% atau 0,31 poin ke posisi US$63,49 per barel.

US Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (24/7/2019) waktu setempat melaporkan, persediaan minyak mentah mingguan AS turun 10,8 juta barel pada pekan lalu, sedangkan produksi jatuh ke level terendah sejak Oktober 2017.

Meskipun demikian, tanda-tanda perlambatan ekonomi global masih masih hangat. Indeks aktivitas pabrik Amerika dilaporkan jatuh ke level terendah dalam hampir satu dekade terakhir, kemudian indeks manufaktur Jerman merosot ke level terendah tujuh tahun. Hal itu menempatkan negara dengan ekonomi terbesar di Eropa itu berisiko resesi.

Indikator pabrik AS dan Jerman datang setelah sebuah laporan pekan lalu memperlihatkan pertumbuhan ekonomi China jatuh ke level terendah sejak 1990.

Perpanjangan pemangkasan produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroelum Exporting Countries/OPEC) dan meningkatnya ketegangan di Teluk Persia telah gagal meredakan kekhawatiran pasar terhadap kelebihan pasokan minyak.

Stephen Innes, managing partner di Vanguard Markets Ltd. mengatakan, faktor gangguan pasokan minyak biasanya mendorong pasar minyak menguat, tetapi dalam beberapa buan terakhir faktor ekspektasi pelemahan permintaan yang lebih dominan mewarnai pasar emas hitam tersebut.

“Namun, mengetahui bahwa kepatuhan kebijakan [pemangkasan produksi] OPEC tetap kokoh, dan dengan bank sentral global bersiap untuk melepaskan banyak kredit atau pinjaman, kemungkinan pasar minyak tidak akan jatuh dari tebing,” katanya dikutip dari Bloomberg, Kamis (25/7/2019).

Indeks Manajer Pembelian IHS Markit Manufacturing jatuh menjadi 50 pada Juli dari 50,6 pada Juni, menunjukkan bahwa sektor industri AS kehilangan momentum. Adapun PMI di Jerman, turun menjadi 43,1 dari 45.

Sebagai informasi, IMP merupakan indikator ekonomi yang menunjukkan keyakinan para manajer bisnis di sektor manufaktur. Kenaikan IMP berarti cerminan prospek perekonomian tumbuh atau pulih, sebaliknya penurunan indekas itu menunjukkan perlambatan ekonomi.

Analis PT Monex Investindo Futures Andian Widjaja mengatakan, harga minyak bergerak lebih tinggi pada sesi Asia ditopang oleh ketegangan Timur Tengah, setelah jatuh di sesi sebelumnya karena lebih banyak tanda-tanda perlambatan pertumbuhan global, sehingga menambah kekhawatiran permintaan, dibandingkan dengan.

“Harga minyak berpotensi bergerak turun menguji level support di US$55,55 per barel, penembusan level support tersebut berpeluang menekan harga minyak menguji level support selanjutnya di US$55,00 dan US$54,45 per barel,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper