Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) lagi-lagi menguat. Indeks S&P 500 dan Nasdaq naik menuju rekor level tertingginya sepanjang masa, didorong laporan kuartalan sejumlah nama besar dan optimisme resolusi konflik perdagangan AS-China.
Berdasarkan data Reuters, indeks S&P 500 ditutup menguat 0,68 persen ke level 3.005,47, indeks Nasdaq Composite menanjak 0,58 persen ke level 8.251,40, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average berakhir menguat 0,65 persen di posisi 27.349,19 pada perdagangan Selasa (23/7/2019).
Menurut data Refinitiv IBES, musim laporan kinerja keuangan perusahaan AS berada di awal yang kuat. Hampir 80 persen dari 104 perusahaan S&P 500 melampaui ekspektasi laba sejauh ini pada kuartal kedua.
Saham Coca-Cola Co. melonjak 6,1 persen ke rekor tertingginya setelah produsen minuman ini melaporkan laba kuartalan yang lebih baik dari ekspektasi serta menaikkan perkiraan pendapatan organik full year.
Sementara itu, saham United Technologies Corp. naik 1,5 persen setelah menaikkan prospek laba full year dan penjualan.
Ketiga indeks saham utama AS tersebut memperpanjang kenaikannya di akhir sesi setelah Bloomberg melaporkan bahwa Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan melakukan lawatan ke Shanghai pada pekan depan untuk mengadakan pertemuan perdagangan dengan para pejabat pemerintah China.
Pada Selasa (23/7), penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan kepada wartawan bahwa rencana tatap muka langsung untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan tersebut adalah pertanda baik.
Turut membantu sentimen Wall Street, Presiden AS Donald Trump dan para pemimpin kongres AS pada Senin (22/7) mencapai kesepakatan mengenai perpanjangan batas utang dan batas pengeluaran federal. Langkah ini akan mencegah kekhawatiran default pemerintah, meskipun menambah defisit anggaran yang telah meningkat.
“Mencapai kesepakatan plafon utang adalah berita positif untuk semua sektor pada umumnya, karena itu satu pertanyaan tambahan yang hilang dari prospek pertumbuhan dan ekuitas secara umum,” ujar Mike Loewengart, wakil presiden strategi investasi di E*Trade Financial.
Pada saat yang sama, ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga acuannya dalam rapat kebijakan moneter (FOMC meeting) pekan depan telah mendorong investor kian memburu saham.
Posisi indeks S&P 500 dan Nasdaq kini hanya terpaut kurang dari setengah persen di bawah level penutupan rekor tertinggi pada awal bulan ini.
Sebelum The Fed, Bank Sentral Eropa dalam akhir pertemuan kebijakannya pada Kamis (25/7) diperkirakan akan memberi sinyal kebijakan moneter yang lebih longgar.
Dana Moneter Internasional (IMF) telah menurunkan proyeksi untuk pertumbuhan global tahun ini dan berikutnya, mengacu pada perlambatan pertumbuhan lebih lanjut akibat tarif AS-China, tarif otomotif, atau ketidakpastian Brexit.
Di sisi lain, investor juga mengantisipasi laporan kuartalan dari perusahaan-perusahaan papan atas seperti Facebook pada Rabu (24/7) serta Amazon.com dan Alphabet pada Kamis (25/7).
“Jika mereka melaporkan laba yang mengecewakan, itu bisa berdampak negatif pada harga saham (lebih luas) karena mereka mewakili sebagian besar pasar,” tutur Sam Stovall, kepala strategi pasar CFRA.
Secara keseluruhan, laba perusahaan-perusahaan S&P 500 diperkirakan akan naik sekitar 1 persen pada kuartal kedua atau membaik dari penurunan kecil yang diperkirakan sebelumnya, menurut Refinitiv.
Pergerakan Bursa Wall Street 23 Juli | ||
---|---|---|
Indeks | Level | Perubahan (persen) |
Dow Jones | 27.349,19 | +0,65 |
S&P 500 | 3.005,47 | +0,68 |
Nasdaq | 8.251,40 | +0,58 |
Sumber: Reuters