Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Menguat, Mayoritas Mata Uang Asia Tertekan

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (17/7/2019) hingga pukul 12.05 WIB, peso menjadi mata uang dengan kinerja terlemah di antara kelompok mata uang negara berkembang di Asia dengan koreksi 0,407% terhadap dolar AS.
Karyawan melayani nasabah jemaah haji yang melakukan penukaran mata uang Riyal di Money Changer Mandiri Syariah Thamrin, Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan melayani nasabah jemaah haji yang melakukan penukaran mata uang Riyal di Money Changer Mandiri Syariah Thamrin, Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas mata uang negara berkembang di Asia berada di bawah tekanan karena penguatan dolar AS sejalan dengan rilis data ekonomi AS yang lebih baik daripada perkiraan. Selain itu, katalis greenback juga berasal dari penurunan harga minyak.

Analis Mata Uang Sony Financial Holdings Tokyo Kumiko Ishikawa mengatakan bahwa para pelaku pasar tengah menanti pidato dari pejabat The Fed dan data ekonomi dalam beberapa hari mendatang untuk memberikan petunjuk tentang ukuran pemangkasan suku bunga yang akan di lakukan oleh The Fed.

Data AS pada pekan ini termasuk data perumahan, klaim pengangguran, sentimen konsumen, dan penjualan ritel yang lebih daripada perkiraan telah mendukung pergerakan dolar AS untuk bertahan di dekat level tertingginya.

“Namun, dolar AS kemungkinan akan bergerak dalam ruang yang sempit dan tren itu diperkirakan akan terus berlanjut sampai para pelaku pasar mengkonfirmasi hasil pertemuan FOMC bulan ini," ujar Kumiko seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (17/7/2019).

Pada Selasa (16/7), Ketua Federal Reserves Jerome Powell memberikan pidato di Paris, mengatakan bahwa The Fed secara hati-hati akan terus memantau risiko penurunan pertumbuhan dan akan bertindak jika diperlukan untuk mempertahankan ekspansi.

Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor lainnya bergerak menurun tipis 0,07% di level 97,324.

Selain itu, sentimen risiko yang juga membebani pergerakan mata uang negara berkembang Asia adalah penurunan ukuran ekuitas regional karena Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya dapat mengenakan lebih banyak tarif kepada China. Padahal, kedua negara tengah dalam negosiasi untuk menyelesaikan perang dagang yang telah terjadi sejak tahun lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (17/7/2019) hingga pukul 12.05 WIB, peso menjadi mata uang dengan kinerja terlemah di antara kelompok mata uang negara berkembang di Asia dengan melemah 0,407% terhadap dolar AS.

Kemudian, pelemahan tersebut diikuti won yang melemah 0,263%, rupiah melemah 0,251%, dan disusul oleh rupee yang melemah 0,134%.

Di antara pelemahan tersebut, hanya baht dan dolar Hong Kong yang berhasil menguat melawan dolar AS dengan naik 0,071% dan 0,063%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper