Bisnis.com, JAKARTA — Emisi surat utang korporasi pada paruh kedua 2019 diproyeksi mencapai Rp70 triliun hingga Rp80 triliun.
Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Salyadi Saputra memperkirakan pada semester II/2019 volume penerbitan surat utang korporasi bakal menyentuh Rp70 triliun hingga Rp80 triliun.
Dari data Pefindo, sepanjang paruh pertama 2019, penerbitan baru obligasi korporasi menyentuh Rp52,5 triliun dan outstanding obligasi korporasi Rp429,4 triliun.
Dengan demikian, penerbitan obligasi korporasi sesuai dengan target yakni Rp135 triliun. Meskipun, dari data sementara pada akhir Juni, mandat penerbitan obligasi tercatat sebesar Rp37,12 triliun.
Menurutnya, ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia mendorong korporasi lebih agresif menerbitkan surat utang pada sisa tahun 2019.
“Sekarang first semester melambat, second semester mudah-mudahan lebih baik. Mudah-mudahan second semester Rp70 triliun, Rp80 triliun,” katanya, Selasa (16/7/2019).
Baca Juga
Salyadi mengatakan penerbitan surat utang baru korporasi didominasi emiten berperingkat AAA dengan porsi 53,9%. Kemudian, disusul dengan emiten berperingkat A yakni sebesar 21,8% dan emiten berperingkat AA dengan porsi 20%.
Padahal, bila dilihat dari tingkat kupon yang ditawarkan, secara rerata, emiten berperingkat AAA justru menawarkan kupon lebih rendah dibandingkan dengan emiten berperingkat BBB.
Sebagai gambaran, untuk kupon obligasi korporasi bertenor 3 tahun, emiten berperingkat BBB menawarkan kupon hingga 11,98%. Sementara itu, emiten berperingkat AAA menawarkan kupon lebih rendah yakni 8,69% kendati emiten berperingkat AAA dan A tingkat kuponnya terus naik setiap tahun.
Dia menyebut surat utang yang diterbitkan emiten berperingkat AAA memiliki risiko rendah dan umumnya menawarkan surat utang dengan volume yang besar sehingga kontribusinya terhadap seluruh surat utang korporasi besar. Di sisi lain, emiten berperingkat A cukup menarik bagi investor dengan tingkat kupon yang tinggi kendati dari volume lebih terbatas.
“Instrumen [dengan] yield yang lebih menarik [emiten berperingkat] A. Itu juga menarik cuma dari suplai, size-nya tidak terlalu besar,” ujarnya.