Bisnis.com, JAKARTA—PT MNC Vision Networks Tbk. mengakuisisi 60 persen saham K-Vision, perusahaan penyedia layanan televisi berbayar untuk meningkatkan basis pelanggan di segmen menengah ke bawah.
Dalam keterangan resminya yang dikutip Selasa (16/7/2019), emiten berkode IPTV itu ingin meningkatkan pelayanan saluran televisi berbayar sehingga bisa menguasai segmen pasar menengah ke bawah.
Ade Tjendra, Direktur Utama PT MNC Vision Networks Tbk., mengatakan pihaknya optimistis mampu menjaring segmen pasar yang lebih luas melalui akuisisi tersebut. Perseroan akan menggunakan saluran distribusi K-Vision yang memiliki 3.000 agen distribusi yang bisa digunakan untuk memperkuat basis pelanggan.
Dia menargetkan bisa mendapat pelanggan baru sebanyak 200.000 pelanggan setiap bulannya. Adapun, K-Vision penyedia layanan siaran satelit pada frekuensi KU-band yang menggunakan vocer prabayar.
Sementara itu, MNC Vision Networks melalui MNC Play yang telah menggantikan nama Indovision memiliki beberapa layanan tv berbayar dengan harga variatif yakni mulai dari Rp109.000 perbulan hingga Rp269.900 perbulan.
“Setelah akuisisi ini, Perseroan menargetkan untuk mencapai 200.000 pelanggan baru per bulan,” katanya.
Bisnis telah menghubungi Investor Relation MNC Vision Networks, Luthan Fadel Putra namun dia enggan berkomentar tentang akuisisi tersebut.
Sebagai informasi, MNC Vision Networks memiliki pangsa pasar sebesar 96% untuk layanan televisi berbayar berbasis direct-to-home (DTH). Pada akhir tahun 2018, perseroan memiliki pelanggan sebanyak 2,4 juta. Selain pada bisnis televisi berbayar, perseroan pun mengembangkan jaringan serat optik dengan 262.000 pelanggan.
Dihubungi terpisah, Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan mengatakan akuisisi tersebut masih sejalan dengan anak usaha perseroan yang bergerak di layanan televisi berbayar. Kendati belum diketahui nilai transaksinya, dia menyebut transaksi tersebut tak signifikan dari sisi ukuran.
“Masih linier dengan bisnis saat ini bahwa ini bukan transaksi material. Walaupun belum tahu nilai akuisisinya, tetapi ini non material, enggak signifikan dari sisi size,” katanya.
Menurutnya, langkah akuisisi ditempuh untuk memperbesar kemampuan prospek bisnis saluran televisi berbayar dan jaringan internet kabel. Pasalnya, kompetitor di bisnis yang sama tergolong pemain eksisting yang cukup besar seperti unit usaha Telkom di jaringan serat optik dan Transmedia yang juga memiliki layanan televisi berbayar.
Dia menilai usai melakukan penawaran saham perdana kepada publik, perseroan cukup bisa menarik minat investor setelah memiliki kondisi yang berat pada sekira empat tahun terakhir melalui akuisisi ini.
Seperti diketahui, perseroan menjual sekira 10% saham yakni sebesar 3,52 miliar saham dengan nilai penawaran umum sebesar Rp845,28 miliar. Secara bertahap, perseroan akan melepas 10% saham tambahan setelah dana terhimpun.
Adapun, sebanyak 70% modal yang terhimpun akan digunakan untuk
mengembangkan jaringan serat optik. Sisanya, 30% modal terhimpun akan digunakan untuk memperkuat platform digital MNC Now yang akan menjadi sumber pendapatan melalui bisnis periklanan.
Dikutip dari prospektus perusahaan, perseroan yang melantai di bursa pada awal Juli ini memiliki liabilitas jangka pendek sebesar Rp4,04 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp2,07 triliun.
Perseroan memiliki aset lancar Rp755,04 miliar pada 2016; yang naik menjadi Rp1,65 triliun pada 2017 dan Rp1,53 triliun pada 2018. Kemudian, emiten berkode IPTV itu membukukan pendapatan sebesar Rp3 triliun pada 2016 dan terus naik menjadi Rp3,14 triliun pada 2017 dan naik menjadi Rp3,22 triliun pada 2018.
Perseroan membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp208,2 miliar pada 2016 yang berangsur turun menjadi Rp127,74 miliar pada 2017 dan turun menjadi Rp69,13 miliar pada 2018.
“Dengan strategi ini cukup bisa menarik minat investor,” katanya.