Bisnis.com, JAKARTA— PT Cita Mineral Investindo Tbk. melalui entitas asosiasi, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW), akan menambah kapasitas pabrik pemurnian atau refinery smelter grade alumina (SGA) dari 1 juta ton menjadi 2 juta ton yang diharapkan rampung pada 2021.
Sebagai gambaran, SGA merupakan hasil pemurnian dari produk bauksit. Fasilitas itu refinery yang dibangun oleh perseoan akan menghasilkan SGA yang kemudian akan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan aluminium oleh perseroan seperti PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).
Di dalam negeri, produksi SGA hanya dilakukan WHW. Adapun, Cita Mineral Investindo tercatat mengempit kepemilikan 30% di entitas tersebut.
Hidayat Sugiarto, Deputy Finance and Accounting Department Head Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW), menuturkan perseroan telah selesai membangun pabrik pemurnian berkapasitas 1 juta ton pada 2016. Pihaknya ingin mengoptimalkan lagi kapasitas yang dimiliki menjadi 2 juta ton.
“WHW ingin mengembangkan pabrik pemurnian karena sampai saat ini hasil produksi SGA yang dihasilkan sudah optimal di tengah tingkat permintaan akan komoditas itu yang cukup tinggi,” jelasnya kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.
Infrastruktur pabrik WHW, lanjutnya, saat ini sudah memungkinkan perseroan untuk melakukan pengembangan. Kondisi itu juga ditambah pasokan bahan baku washed bauxite di Indonesia yang sangat melimpah, khususnya dari Cita Mineral Investindo sebagai salah satu pemegang saham perseroan.
Baca Juga
“Kami harapkan akan memberikan sentimen positif bagi industri aluminium dalam negeri karena berpotensi mengurangi ketergantungan produsen aluminium pada bahan baku impor serta dapat menyumbangkan devisa bagi negara,” tuturnya.
Di sisi lain, Hidayat menyebut penambahan volume produksi menjadi 2 juta ton SGA per tahun diharapkan akan membuat biaya produksi turun sesuai skala ekonomis. Pasalnya, lahan, fasilitas karyawan, dan beberapa sarana dapat digunakan juga untuk line kedua.
Sebagai catatan, Cita Mineral Investindo bergerak di bidang pertambangan bauksit. Emiten berkode saham CITA itu memiliki dua entitas anak usaha di bidang pertambangan bauksit yakni PT Harita Prima Abadi Mineral dan PT Karya Utama Tambangjaya.
Sementara itu, WHW merupakan perseroan patungan yeng terdiri atas CITA, China Hongqiao Group Limited, Winning Investment (HK) Company Ltd., dan Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co. Ltd.
Direktur Cita Mineral Investindo Yusak L. Pardede mengungkapkan biaya investasi yang dibutuhkan sekitar US$400 juta. Sumber dana untuk ekspansi itu akan berasal dari internal dan pinjaman perbankan.
Dengan investasi tersebut, lanjut Yusak, perseroan akan mendapatkan sejumlah tambahan pendapatan. Salah satunya pendapatan dari penjualan produk tambang metalurgical grade bauxite (MGB) ke MHW serta pendapatan lain dari penjualan SGA lewat WHW.
“Diharapkan proses pembangunan rampung pada 2021,” imbuhnya.