Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC+ Beri Sinyal Lanjutkan Pangkas Pasokan, Minyak Langsung Panas

Produsen minyak dari aliansi OPEC+ memberikan sinyal untuk melanjutkan pemangkasan pasokan hingga kuartal pertama 2020 pada pertemuan OPEC yang masih berlangsung di Vienna, Australia hingga 2 Juli mendatang.
Markas OPEC di Wina, Austria/Reuters-Leonhard Foeger
Markas OPEC di Wina, Austria/Reuters-Leonhard Foeger

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen minyak dari aliansi OPEC+ memberikan sinyal untuk melanjutkan pemangkasan pasokan hingga kuartal pertama 2020 pada pertemuan OPEC yang masih berlangsung di Vienna, Australia hingga 2 Juli mendatang.

Rencana pemangkasan pasokan tersebut dilakukan seiring dengan melonjaknya produksi  minyak serpih AS dan permintaan global yang melemah.

Mengutip Bloomberg, menyusul kesepakatan Arab Saudi dan Rusia pada akhir pekan lalu di pertemuan KTT G20, delegasi dari Nigeria, Venezuela, Irak, dan Oman juga menyatakan dukungan bersyarat atas pembatasan produksi minyak hingga 9 bulan ke depan.

Walaupun demikian, dukungan tersebut belum dapat memberikan kepastian bahwa proposal pemangkasan selama 9 bulan ke depan akan disetujui oleh ke-14 anggota OPEC. 

Sekertaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan bahwa perpanjangan pembatasan produksi hingga 2020 akan membantu untuk menghasilkan sebuah kepastian yang selama ini dinantikan oleh para pelaku pasar.

"Semakin lama perpanjangan, semakin kuat kepastian ke pasar. Saya pikir sebagian besar perkiraan yang kita lihat sekarang dan sebagian besar analis secara bertahap bergeser ke perpanjangan hingga 2020," ujar Mohammad seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (1/7/2019).

Dalam pertemuan di Vienna, para produsen minyak tersebut akan meninjau kebijakan produksi sebelum tahun depan dan kemungkinan akan melanjutkan pertemuan pada Desember 2019.

Di sisi lain, kesepakatan Arab Saudi-Rusia pada akhir pekan lalu yang akan meneruskan perpanjangan pembatasan produksi sepanjang 6 pekan hingga 9 pekan ke depan menunjukkan bahwa momentum pemangkasan akan dipertahankan. 

Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al Falih mengatakan bahwa perpanjangan pemangkasan akan membuka jalan untuk memastikan kepentingan produsen dan konsumen. "Hal ini akan membantu mengurangi pasokan global dan dengan demikian akan menyeimbangkan pasar," papar Khalid Al Falih. 

Hingga saat ini, kesepakatan OPEC+ masih sebatas pemangkasan produksi hingga 1,2 juta barel per hari, meskipun aliansi telah memotong lebih dari yang dijanjikan ketika sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela yang memaksa kedua negara tersebut memangkas produksinya.

Selain itu, Arab Saudi secara sepihak juga membuat pembatasan yang lebih dalam, yaitu hanya memproduksi 9,73 juta barel per hari pada Juni. Oleh karena itu, total produksi minyak OPEC selama sebulan telah menurun 130.000 barel dari Mei menjadi 30 juta barel per hari.

Akibat sentimen tersebut, berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan Senin (1/7/2019) hingga pukul 15.01 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediete bergerak menguat 2,91% menjadi US$60,17 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent menguat 2,9% atau 1,88 poin menjadi US$66,62 barel per hari.

Analis PT Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan bahwa kondisi pemangkasan pasokan yang berlanjut dari OPEC akan semakin memicu naiknya harga minyak. Walaupun demikian, dia menilai yang seharusnya diperhatikan pasar selanjutnya adalah langkah AS ketika melihat proyeksi kebijakan tersebut.

"Jika pemangkasan berlanjut, apakah AS akan melakukan hal sebaliknya, yaitu memompa kembali produksi minyak mentah mereka, karena saat ini pemerintah Trump tidak nyaman dengan tingginya harga minyak dan hal ini dapat dilihat dari reaksinya jika harga minyak meningkat," ujar Deddy kepada Bisnis.com, Senin (1/7/2019).

Hal tersebut dikarenakan ketika AS akan menaikkan produksi minyak mentahnya maka akan membatasi kenaikan harga minyak. Apalagi, mengingat pertumbuhan global yang cenderung melambat, sehingga jika harga minyak terlalu tinggi akan semakin berdampak pada tingkat permintaan.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang sepakat untuk membuka kembali pintu dialog perdagangan dan mencabut sanksi terhadap Huawei sehingga akan berdampak positif bagi perekonomian global, termasuk meningkatnya permintaan.

Dia memprediksi pada perdagangan Selasa (2/7/2019), harga minyak akan bergerak di kisaran US$60,71 per barel hingga US$58,41 per barel. Sementara itu, sepanjang pekan harga akan berada di kisaran US$61,30 per barel hingga US$57,50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper