Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham di Eropa melemah bersama sebagian besar indeks saham di Asia pada perdagangan hari ini, Rabu (26/6/2019), seiring dengan menyusutnya prospek pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve AS.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 turun 0,3 persen ke level terendahnya dalam lebih dari sepekan pada pukul 08.06 pagi waktu London (pukul 14.06 WIB).
Pada saat yang sama, indeks MSCI Emerging Market turun 0,1 persen dan indeks MSCI Asia Pacific melemah 0,4 persen, masing-masing ke level terendahnya dalam sepekan.
Dilansir dari Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 melemah pada perdagangan hari keempat berturut-turut, dengan saham produsen mobil berada di antara yang membukukan penurunan terbesar.
Pada Selasa (25/6/2019), Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell menangkis tekanan pasar dan Presiden Donald Trump untuk menurunkan suku bunga acuan secara agresif pada Juli.
Dalam pidatonya di Dewan Hubungan Luar Negeri AS, Powell membela independensi bank sentral AS dari tekanan Presiden Trump dan pasar keuangan yang menginginkan penurunan suku bunga secara agresif.
Menyusul pernyataannya itu, bursa Wall Street AS berakhir melemah, imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun naik di atas 2 persen, sedangkan harga emas berbalik turun.
Pergerakan mayoritas bursa saham di kawasan Asia seperti Jepang dan Australia pun terseret ke zona merah pada perdagangan Rabu (26/6).
Investor telah lama mengantisipasi penurunan suku bunga tahun ini bahkan ketika para pembuat kebijakan Fed pernah mengisyaratkan bahwa langkah tersebut akan terlalu dini dilakukan mengingat pasar tenaga kerja yang kuat dan harga aset yang tinggi.
Spekulasi langkah pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada 30-31 Juli masih terdengar, tetapi pelaku pasar mengurangi pertaruhan mereka bahwa suku bunga akan turun setengah poin persentase.
Fokus investor saat ini kembali tertuju pada persiapan pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada Sabtu (29/6/2019).
Menurut sumber terkait, pemerintah AS bersedia untuk menunda putaran tarif lebih lanjut terhadap impor tambahan China senilai US$300 miliar, sementara Beijing dan Washington bersiap untuk melanjutkan negosiasi perdagangan.
Namun pada saat yang sama, tidak ada perincian kesepakatan perdagangan yang diharapkan dalam pertemuan mendatang.
“Kekhawatiran terbesar saya di sini adalah bahwa orang-orang berpikir tarif yang lebih tinggi atau ancaman tarif yang lebih tinggi, dapat diimbangi oleh janji suku bunga yang lebih rendah,” ujar David Kelly, kepala strategi global di JPMorgan Asset Management, kepada Bloomberg TV.
“[Tapi] itu tidak akan berhasil,” tambahnya.