Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan milik negara, PT Aneka Tambang Tbk. membukukan pertumbuhan dua digit untuk komoditas bijih nikel dan feronikel perseroan.
Emiten berkode saham ANTM itu melaporkan volume produksi feronikel 10.736 ton nikel dalam feronikel (TNi) pada Januari 2019—Mei 2019. Jumlah itu naik tipis dari 10.617 TNi periode yang sama tahun lalu.
Sejalan dengan kenaikan produksi, penjualan feronikel sepanjang 5 bulan pertama 2019 mencapai 10.728 TNi. Realisasi itu tumbuh 13% dibandingkan 9.511 TNi pada Januari 2018—Mei 2018. Sementara itu, volume produksi bijih nikel mencapai 3,98 juta wet metric ton (wmt) pada Januari 2019—Mei 2019. Pencapaian itu naik 25% dibandingkan 3,19 juta wmt periode yang sama tahun lalu.
Dari situ, volume penjualan bijih nikel perseroan sebanyak 3,11 juta wmt. Jumlah tersebut tumbuh 93% dibandingkan dengan 1,61 juta wmt pada Januari 2018—Mei 2018.
Direktur Utama Anake Tambang Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan pertumbuhan itu mencerminkan upaya perseroan untuk memperkuat kinerja 2019.
“Seiring dengan tingkat pertumbuhan permintaan produk komoditas ANTAM yang semakin meningkat, kami siap memanfaatkan momentum positif ini melalui peningkatan kinerja produksi dan penjualan komoditas utama perseroan dengan menjaga biaya tunai produksi tetap rendah,” jelasnya melalui siaran pers, Rabu (19/6/2019).
Baca Juga
Dari sisi penghiliran, Arie mengatakan proyek pembangunan pabrik Feronikel Haltim (P3FH) berkapasitas produksi 13.500 TNi direncanakan memulai periode produksi pada semester II/2019.
Selain itu, lanjut dia, ANTM bersama mitra strategis Ocean Energy Nickel International Pte. Ltd bekerja sama dalam pengembangan pabrik Nickel Pig Iron (NPI), Halmahera Timur. NPI memiliki total kapasitas produksi mencapai 320.000 ton NPI atau setara dengan 30.000 ton nikel yang terdiri dari atas delapan lini produksi.
Adapun, direncanakan dua lini pertama pabrik NPI akan memulai fase produksi pada kuartal IV/2020.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2019, emiten bersandi saham ANTM itu membukukan penurunan laba bersih 30,13% secara tahunan. Jumlah yang dikantongi turun dari Rp245,67 miliar pada kuartal I/2018 menjadi Rp171,66 miliar per akhir Maret 2019.
Manajemen perseroan membeberkan penyebab penurunan keuntungan itu karena beberapa faktor. Pertama, harga nikel pada Januari 2019—Maret 2019 turun di bawah tahun lalu.
Kedua, ekspor ore atau bijih nikel baru dapat dilakukan perseroan pada akhir Maret 2019. Kendati demikian, ANTM menyatakan optimistis dengan prospek di sisa tahun ini. Perseroan akan mengejar ekspor serta berharap harga nikel membaik.