Bisnis.com, JAKARTA - Emiten yang bergerak di bidang manufaktur kayu dan bahan kayu, PT Tirta Mahakam Resources Tbk. melakukan diversifikasi pasar untuk mengejar pertumbuhan pada tahun ini.
Presiden Direktur Tirta Mahakam Resources Djohan Surja Putra mengatakan, perusahaan melakukan modifikasi mesin sehingga dapat sesuai dengan spesifikasi yang berbeda antar negara. Modifikasi mesin merupakan salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan melakukan diversifikasi pasar.
Dengan penyesuaian mesin ini, emiten dengan kode saham TIRT ini dapat melebarkan sayapnya selain ke Jepang. Pasar ekspor baru yang dapat dibidik seperti India, Taiwan, Eropa, dan Australia, sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan perseroan di masa mendatang.
"Modifikasi mesin ini merupakan salah satu strategi perusahaan meningkatkan penjualan dan melakukan diversifikasi pasar," katanya dalam paparan publik di Jakarta, dikutip dari keterangan resmi pada Rabu (19/6/2019).
Strategi perseroan lainnya, dengan menerapkan kebijakan pemenuhan bahan baku log yang berkesinambungan, kebijakan perbaikan produksi dan produk, serta kebijakan diversifikasi pasar.
Dalam pemenuhan sebagian kebutuhan bahan baku, perusahaan didukung oleh dua perusahaan afiliasi yang memiliki Hak Pengusahaan Hutan (HPH), yakni PT Roda Mas Timber Kalimantan dan PT Kemakmuran Berkah Timber.
Baca Juga
Dia mengatakan, perusahaan terus melakukan evaluasi secara menyeluruh aktivitas produksi dan menghentikan produksi yang menghasilkan kerugian bagi perusahaan. Dengan demikian, perseroan dapat terus menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat bersaing di pasar internasional.
"Dengan meningkatkan produk-produk yang memiliki margin keuntungan tinggi dan melalui penetrasi pasar Jepang, India, Eropa, Taiwan, dan Australia, di masa yang akan datang perusahaan dapat meningkatkan pendapatan," imbuhnya.
Hingga kuartal I-2019 ini, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp207,1 miliar, turun 21,31% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perseroan mencatatkan rugi Rp855,20 juta pada kuartal I/2019, dari sebelumnya laba sebesar Rp1,17 triliun.
"Kami percaya dukungan dari para pemangku kepentingan sangatlah berharga di tengah kondisi yang penuh tantangan ini," imbuhnya.