Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Saham Emiten Unggas Masih Terkoreksi, CPIN dan JPFA Masih Layak Dilirik?

Menjelang berakhirnya semester I/2019, kinerja saham emiten sektor perunggasan masih terkoreksi sepanjang tahun berjalan 2019.
Peternak mengeluarkan bebek petelur dari kandangnya untuk digembalakan di area persawahan Desa Kwadungan, Kediri, Jawa Timur, Jumat (12/1)./ANTARA-Prasetia Fauzani
Peternak mengeluarkan bebek petelur dari kandangnya untuk digembalakan di area persawahan Desa Kwadungan, Kediri, Jawa Timur, Jumat (12/1)./ANTARA-Prasetia Fauzani

Bisnis.com, JAKARTA – Menjelang berakhirnya semester I/2019, kinerja saham emiten sektor perunggasan masih terkoreksi sepanjang tahun berjalan 2019.

Berdasarkan data Bloomberg, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) terkoreksi sedalam 38,41%,  PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) berkurang 33,49%, PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) minus 22,94% dan PT Sierad Produce Tbk. (SIPD) terkoreksi 20,49%.

Sementara itu, dari sisi kinerja keuangan, CPIN cukup menjanjikan dengan membukukan peningkatan penjualan 21,94% menjadi Rp14,45 triliun pada kuartal I/2019 dari Rp11,85 triliun pada kuartal I/2018.

Meningkatnya penjualan berasal dari segmen pakan ternak Rp7,05 triliun, ayam pedaging Rp3,96 triliun, anak ayam usia sehari Rp1,11 triliun, serta ayam olahan dan lain-lain masing-masing senilai Rp449,36 miliar.

Begitu pun JPFA yang mencetak penjualan senilai Rp8,56 triliun naik 8,9% dari posisi Rp7,86 triliun pada kuartal I/2018. Menanjaknya penjualan ditopang oleh segmen pakan ternak dan ayam umur sehari masing-masing naik 26,18% dan 25,6% year on year, masing-masing menjadi Rp3,47 triliun dan Rp806,81 miliar.

Sementara itu, segmen  peternakan dan produk konsumen turun 9,4% menjadi Rp3,18 triliun pada kuartal I/2019, dari posisi Rp3,51 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Analis Deutsche Bank Gerry Harlan dan Raja Abdalla memilih CPIN dan JPFA sebagai pilihan utama, tetapi dengan rekomendasi tahan. Menurut meraka price earning [PE] yang bisa bisa dapatkan dari CPIN 19,5 kali, sedangkan JPFA 9,2 kali pada akhir tahun.

Gerry menilai terdapat anomali pada sektor perunggasan pada tahun ini. Yaitu perbedaan harga yang menyimpang antara segmen anak ayam usia sehari (DOC) serta ayam pedaging atau broiler. Segmen broiler cenderung melemah 5% dalam 5 bulan terakhir di 2019 sedangkan DOC menguat 32%.

Menurutnya segmen DOC bisa menjadi motor utama emiten unggas untuk mendongkrak penjualan. Akan tetapi, menjelang Lebaran atau bulan keenam justru terjadi penurunan permintaan di mana harga DOC menurun ke Rp5.800/ekor dibandingkan dengan bulan sebelumnya Rp6.300/ekor.

Penurunan tren ditengarai oleh lemahnya pembelian di konsumen akhir dan jatuhnya harga broiler di farm gate. Dengan begitu, ada potensi penurunan pendapatan bila kondisi serupa terus berlangsung.

Di sisi lain, dalam konsesus Bloomberg Selasa (18/6/2019) JPFA meraih rating 4,29 dengan 66% analis merekomendasikan beli, 28,6% tahan dan 4,8% jual. Adapun target harga yang dipatok dua belas kedepan naik 23,7% ke level Rp1.774 per lembar.

Sentimen itu jauh lebih baik daripada kompetitornya CPIN yang meraih rating konsesus 2,47 dengan 53,3% analis merekomendasikan tahan, 40% menyarankan jual dan 6,7% memilih beli. Sementara pertumbuhan potensial diperkirakan 5,3% dengan target harga Rp4.687 dalam dua belas kedepan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper