Bisnis.com, JAKARTA – Wilmar International Ltd., salah satu produsen makanan terbesar di dunia, berencana meningkatkan kapasitas pengolahan kedelai di China, kendati virus pembunuh babi yang mematikan telah memangkas permintaan bijian tersebut untuk pakan ternak.
Mengutip Bloomberg, Rabu (12/6/2019), dalam pernyataannya lewat surat elektronik, perusahaan yang berbasis di Singapura itu akan membangun pabrik-pabrik baru, sebagai bagian dari proyek pembangunan kompleks manufaktur terintegrasi di China. Namun, mereka tidak memberikan jadwal terkait rencana tersebut.
Wilmar tengah bullish terhadap prospek jangka panjang untuk China. Mereka yakin bahwa permintaan makanan hewan di Negeri Tirai Bambu akan pulih.
Perusahaan itu berencana untuk berekspansi pada tengah periode penuh tantangan di sektor industri pakan ternak Asia. Departemen Pertanian Amerika Serikat memperkirakan, demam babi Afrika terus meluas, sehingga menyebabkan produksi hewan itu di China kemungkinan turun 134 juta ekor tahun ini, setara dengan seluruh hasil tahunan babi Amerika. Bagi pemasok pakan babi, kondisi tersebut berarti berkurangnya keuntungan mereka.
Menurut orang yang akrab dengan strategi perusahaan, Wilmar melihat ada peningkatan permintaan pakan unggas yang mengimbangi beberapa kerugian dari babi. Hal tersebut berdasarkan volume dan marjin pengolahan kedelai di pabrik-pabrik China pada kuartal kedua meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya.
Analis dari Everbright Futures Co Hou Xueling mengatakan, konsumsi pakan unggas di China diperkirakan tumbuh 20% tahun ini, mengingat orang-orang lebih banyak makan bebek dan ayam.
Baca Juga
Selain China, Wilmar dikabarkan juga berencana membangun pabrik pengolahan biji minyak nabati di Vietnam Utara. Namun, perusahaan tidak mengomentari rencananya untuk Vietnam tersebut.
Berdasarkan laporan tahunanya, Wilmar telah memiliki 70 pabrik pengolahan biji minyak dan ekstraksi dedak padi di China, termasuk beberapa usaha patungan. Perusahaan ini juga memiliki satu pabrik penggilingan kedelai di wilayah selatan Vietnam.
Pesaing terbesar Wilmar di China adalah perusahaan pelat merah Cofco Corp, yang memiliki kapasitas penggilingan 15,9 juta metrik ton pada tahun lalu. Jumlah itu bisa tumbuh di tengah rencana mereka menyerap kapasitas pemrosesan biji kedelai Sinograin, dalam perombakan industri berbasis pemerintah.